Selasa, 12 November 2013

MALANG UNDER COVER (BUKA MATA SOSIAL ANDA)

MALANG UNDER COVER | Kehidupan malam di Kota Malang sebagai kota pendidikan sangatlah banyak menyimpan cerita. Dari berkumpulnya bermacam komunitas, hingga kehidupan malam yang mengarah ke dunia “esek-esek” di kota dingin ini. Untuk menguak kebenaran cerita dari mulut ke mulut ini Team MalangOnline mencoba menguak kehidupan Malam dari sudut pandang yang berbeda.

Dalam tulisan ini malangonline mencoba mengupas tentang praktik bisnis “ayam kampus” yang santer berkembang dari telinga ke telinga warga Malang. Kenyataan yang senada ini tak hanya terjadi di kota Bunga ini saja, banya

k kota yang memang menyimpan cerita “miring” dalam lingkungan para pelajar atau mahasiswa ini.

Yogyakarta, adalah kota yang mempunyai kemiripan dalam dunia pendidikan seperti kota Malang. Bnayaknya Kampus Universitas disana sama halnya di kota Malang ini. Telah banyak cerita atau fakta yang terekspos media jogjakarta tentang bisnis esek-esek di kota yang terkenal dengan Malioboro-nya ini.

Di Jawa Timur sendiri banyak juga kota yang menyimpan cerita serupa, Surabaya, Lumajang, atau bahkan Banyuwangi adalah kota di mana penulis pernah menemukan kasus bisnis sahwat ini. Mungkin banyaknya mahasiswa yang datang dari “rantau” menyebabkan bisnis ini tetap ada. Indikasi keterbatasan uang saku, atau memang faktor lain. Karena itulah team malangonline menelusuri bisnis ini di kota pelajar ini.

Dalam penelusuran didapati masih adanya bisnis “tabu” di kota yang memiliki sebutan kota pendidikan ini. Pelakunya adalah oknum mahasiswi yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, yang ada di Malang.
Dengan pendekatan yang lumayan alot team akhirnya berhasil mendekati pelaku dalam bisnis yang mengedepankan sahwat ini. Dari pendekatan serta pertemuan yang beberapa kali ini malang online berhasil mendapat pengakuan dari salah satu pelaku “ayam kampus” di Malang. Sebut saja namanya “AW” dalam pengakuanya ia nekat terjun ke dunia bisnis esek-esek karena memang keperawanannya sudah direnggut sejak masih duduk di bangku SMA.

Dari penelusuran MalangOnline, mayoritas umur mahasiswa yang “berprofesi” menjadi ayam kampus di Kota Malang ini masih berumur 19 hingga 22 tahun. “Kebanyakan teman saya yang masuk ke dunia itu (ayam kampus), karena sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah hilang keperawanan. Bahkan,ada juga yang tidak perawan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP)”, cerita AW.

Aku AW (20), keperawanannya hilang sejak SMA karena paksaan dari sang pacar. “pacar saya memaksa “main” ketika 2 hari setelah lulusan SMA mas” cerita AW. Ancaman jika tak mau (berhubungan intim) yang mengakibatkan AW pasrah atas ajakan pacarnya yang dikemudian hari lari dari tanggung jawab ini. AW adalah salah seorang mahasiswi yang mau berbagi cerita tentang kisah ini pada MalangOnline, di sebuah kafe di bilangan kota Batu Kota.

Sebutan ayam kampus itu sudah menjadi istilah umum bagi para mahasiswi yang menyambi menjadi pekerja seks komersial (PSK) terselubung. AW menuturkan lebih jauh, kebanyakan teman-temannya yang “nyambi” adalah mereka yang memang jauh dari orang tua, dan mayoritas berasal dari keluarga yang berada. Namun, lanjutnya, kebanyakan keluarga mereka tidak harmonis. “teman-temanku banyak yang dari keluarga broken home mas” tegas AW.

Dalam obrolan yang semakin gayeng ini, AW terus meyakinkan untuk tidak mempublikasi nama serta tempat dia menuntut ilmu. “mas jangan tulis namaku dan kampusku ya” dengan logat bahasa yang agak terbata-bata.

Ketika disinggung cara mereka dalam operasi serta transaksinya, AW menceritakan, untuk di Malang, kebanyakan masih mengandalkan orang yang dipercaya atau bahkan pacar mereka dalam menjaring mangsa. Biasanya, kita datang ke tempat yang sudah ditentukan dan langsung jadi. “kita datang ketempatnya dan langsung cekin” ulasnya.

“Untuk harga kita tidak patok berap-berapa, jadi sesuai kesepakatan di awal” lanjut AW. Semakin gencarnya razia oleh aparat kepolisian membuat para ayam kampus ini berhati-hati dalam beroprasi. AW, meceritakan lebih lanjut, bahwa dirinya dan kebanyakan temannya sekarang sudah tidak “menjual diri” seperti cara-cara lama. Yang mengandalkan pesanan dari jaringan atau orang kepercayaannya. “kita sekarang milih jadi simpanan orang mas, disamping aman duitnya juga lebih banyak hehehe” kelakar wanita berparas indo ini.

Pria Hidung belang yang mereka “gaet” kebanyakan dari berbagai latar belakang ada yang dari pengusaha atau bahkan pejabat penting. Kalau pejabat jarang yang berasal dari Malang sendiri, kebanyakan dari luar Malang,” akunya. Kalau pejabat, lanjut AW, biasanya kita bertemuanya hanya dihari libur akhir pekan saja. “Om (pejabat) biasanya kontak kita ketika hari libur akhir pekan, terus ketemuan di hotel atau di sebuah vila seperti di Kota Batu.

Bisnis esek-esek di dunia pendidikan ini tetap ada karena uang yang dihasilkan dari bisnis haram ini sangatlah menggiurkan. AW mengaku, ayam kampus yang “dipelihara” biasanya dibayar per bulan. “Umumnya, per bulannya minimal Rp 5 juta dan maksimal sampai puluhan juta. Namun, lanjut AW kalau sekali ‘main’ biasanya ayam kampus di Malang dibanderol 500 ribu maksimalnya hingga Rp 1 juta.

Kebanyakan peminat ayam kampus di Kota Malang adalah pria hidung belang yang memang sudah mapan daari segi ekonomi. Dan biasanya mereka melakukan transaksi dengan orang kepercayaan setiap ayam kampus itu. Maka sebab itu keberadaannya sangat sulit di diteksi oleh orang awam. Karena ayam kampus di kota pelajar ini semakin berhati-hati dalam bertransaksi.

“Kadang kita cancel ditengah jalan kalau orang kepercayaan kita bilang jangan karena indikasi bahaya, walau sudah diel harga” tegas mahasiswa ekonomi ini.

Diakhir obrolan AW mengaku bila kebanyakn ayam kampus di Kota Malang ini kebanyakan memilih tempat tongkrongan yang memang dekat dengan dunia gemerlap malam. Tempat-tempat hiburan malam,seperti diskotik, kafe bahkan tempat karaoke.

Foto
Inilah kisah penelusuran malangonline tentang geliat “malam” di Kota Malang ini. Ini hanya kisah kecil dari salah satu mahasiswa yang terpaksa terjun ke dunia esek-esek karena keterpaksaan demi cita-cita sarjana yang harus dipegang. Ikuti penelusuran malangonline tentang dunia malam selanjutnya. Yang masihmenjadi pergunjingan khalayak ramai ini.


Kisah Kehidupan Malam Mahasiswi Di Malang


Orang disekitarnya tidak ada yang mengira kalau ia merupakan ABG ‘papan atas’ di Kota Malang. Nama samarannya Sisi, masih berumur 19 tahun. Ia terlihat cantik dan tidak terlalu dandan berlebihan.

Secara terbuka ia menceritakan seluk beluk perjalanannya memasuki dunia malam Kota Malang. Awalnya memang canggung yang ia rasakan, namun karena keluarganya tidak terlalu memperhatikan kehidupannya, ia jadi semakin berani.

Ayah sisi adalah pengusaha terkenal di Kota Malang dan juga pengurus salah satu cabang olahraga. Terhitung hampir setiap hari nama ayahnya muncul di surat kabar.

Ibunya sudah meninggal pada 1995 lalu. Praktis, dirumahnya tidak ada lagi figur untuk menjadi panutan. Sementara ayahnya sangat jarang pulang ke rumah karena sibuk mengurusi usahanya.

“Ya saya bisa dibilang broken home, rumah tangga saya terlihat kisruh seperti halnya ratusan ABG lainnya yang memutuskan jadi pelacur,” katanya.

Ia mengaku sadar kalau apa yang ia lakukan untuk membalas perlakuan ayahnya. Namuan ia tidak akan mengobral kelakuannya kepada semua orang, biar ayahnya tahu secara alamiah atau dari mulut ke mulut.

Didalam keluarganya ia tidak memiliki figur sebagai tempat berlindung. Ia malah mengatakan kalau tempat nyaman buat ia berlindung ialah pada pria-pia yang menyukainya.

Sebagai pelacur ABG, Sisi semula tergolong laris, namun kemudian banyak
ditinggalkan pelanggannya karena dinilai terlalu rewel. Hal ini diungkapkan seorang pria yang cukup terpandang di Malang yang pernah beberapa kali membawa Sisi.

Pria ini mengatakan kalau Sisi selalu minta pulang cepat. “Ia selalu minta cepat pulang. Setelah di-booking pukul 12.00 WIB, pukul 17.00 sudah minta selesai dan cepat-cepat memanggil taksi untuk mengantarkan ke rumahnya,” ujarnya.

Pria berusia 45 tahun itu sengaja memilih Sisi karena gadis tersebut datang dari keluarga terpandang, dan sudah menjadi pembicaraan kalangan atas di Malang.

“Saya sengaja memilih Sisi karena alasan prestise. Ternyata setelah saya rasakan, dia banyak permintaan. Soal duit sih, dia tidak banyak tanya,” katanya.

Disebutkan tarif rata-rata pelacur sekelas Sisi –sebelum dipotong honorarium GM-nya– Rp 500.000 sekali pakai.

Sisi mengaku masih kuliah, “Silakan cek kalau tak percaya,” ujarnya sembari menunjukkan KTM (kartu tanda mahasiswa) sebuah perguruan tinggi kesohor di Malang.

Teman-temannya di kampus sudah banyak yang mengetahui Sisi menjadi pelacur, “Mereka tidak terlalu peduli. Tidak sedikit teman saya yang seperti saya. Kami saling tahu kelakuan masing-masing,” katanya.




Mahasiswi Penggoda Bos-Bos Kota Malang
Beberapa orang menganggap, segala sesuatu mudah diselesaikan diatas ranjang. Di kota ini sebenarnya banyak ditemui semacam prostitusi tertutup. Coba kali ini kita telusuri kehidupan sejumlah pekerjaan yang dekat dengan pemuas nafsu.

Sebuah ruangan di suatu tempat karaoke di kawasan jantung Kota Malang. Chintya (nama samaran) menemani tamunya untuk berkaroeke. Ia bergaya layaknya wanita lainnya. Busananya cukup feminim dan dandananya biasa. Orang yang tak mengenalnya mungkin tidak tahu kalau mereka adalah “ABG malam”.

Dari gaya bicaranya ia terlihat bukan wanita gampangan. Artinya mereka tidak mau pergi kalau tidak ke tempat karaoke. Dalam ruangan karaoke Chintya tidak terlihat menggoda, tapi ia suka melepas senyum. Bersama tamunya, ia lebih memilih berdendang menikmati lagu-lagu yang sedang dinyanyikan.

Chintya mengatakan kalau ia lebih suka menyanyi untuk menghilangkan stress. Ia juga terlihat tidak menggoda saat orang pertama kali menemuinya. Namun, jangan salah ia akan lebih menggoda pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Ia menuturkan tidak ingin terlalu mengumbar senyuman pada pertemuan yang pertama. Namun, ia pasti akan memberikan pertanda pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Pertanda tersebut melalui lirik-lirik lagu yang didendangkan.

Ya, ia sengaja akan memutar lagu ‘sedang ingin bercinta’ milik Dewa 19. Lantunan tersebut ia perdendangkan terus hingga tamunya menangkap sinyalnya.

Lewat lagu tersebut merupakan pertanda bahwa ia ingin bercinta. Namun belum sampai disitu juga, seorang tamunya juga harus pandai melobi agar ia benar-benar mau untuk diajak kencan.

Jika si tamu berhasil membawanya kencan, tamu tersebut juga harus menurutinya. Wanita ramah ini selalu minta dijemput di rumah kontrakannya. ‘’Saya gak meminta hotel yang mahal-mahal, yang penting privasi terjaga,’’ katanya.

‘’Banyak temanku yang gampang diajak check in,’’ ucapnya membuka cerita.

“Mengajak check in pun tidak boleh dilakukan secara terbuka. Harus menggoda. Kalau tidak menggoda, ya mereka akan menggoda. Itu pun dengan cara yang santun,” tambahnya.

Penggalan lirik lagu ‘Aku sedang ingin bercinta karena mungkin ada kamu disini. Ku ingin….’ Adalah cara Chintya menggoda. Lagu itu adalah isyarat. ‘’Kalau ku suka orangnya, ya ku nyanyi lagu itu. Itu tandanya,’’ katanya sembari tertawa.

Temannya yang lain memiliki cara yang berbeda. Ada yang langsung ok ketika diajak sekali, tapi ada yang harus dirayu dulu. Kalau pun harus merayu-rayu terlebih dahulu, bukan berarti gratisan.

Tarifnya macam-macam. Chintya misalnya, berani diajak kencan dengan ongkos Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Tapi itu pun hanya short time. ‘’Itu gak mahal kok, kan aku bukan cewek panggilan. Tapi kalau aku suka orangnya ya gratis,’’ katanya membela diri.

Umumnya wanita yang yang bisa diajak check in itu memang pekerja di tempat karaoke. Tapi ada juga yang tak terikat resmi. Mereka baru nongol di tempat karaoke jika ada janjian dengan tamunya.

Chintya memiliki empat teman mahasiswi yang nyambi purel plus yang tak terikat resmi di tempat karaoke. Jika menemani nyanyi, mereka harus diberi tips lebih dari Rp 250 ribu. Kalau kurang, besok-besok dijamin mereka tak akan mau lantaran menilai tamunya pelit.

‘’Nah mahasiswi yang nyambi purel itu bisa diajak gituan (check in) asalkan di hotel mewah. Jangan hotel buat gituan,’’ katanya sembari menyebut sejumlah hotel short time di kota ini.

Soal ongkos, dia tak bisa memastikan. ‘’Kira-kira diatas Rp 300 ribu lah. Persisnya gak tahu, soalnya gak ngomong-ngomong,’’ terangnya.

Ada juga kisah kehidupan mahasiswi yang nyambi purel jadi wanita simpanan. Ia lupa pria itu pejabat atau pengusaha.

Menelisik Remang-remang Kehidupan Malam di Kota Malang

DUNIA remang-remang di Kota Malang ini, tak akan pernah mati. Segala sesuatunya mudah diselesaikan diatas ranjang. Sejumlah jenis pekerjaan bahkan sangat dekat dengan praktik prostitusi tertutup. Bagaimana sebenarnya kehidupan malam di kota ini? Tim Malang Post mencoba menelusuri kehidupan sejumlah pekerjaan yang dekat dengan pemuas syahwat.

Dalam sebuah room di suatu karaoke keluarga di kawasan jantung kota, malam akhir pekan lalu, Chintya, Dewi dan Maya (tiganya nama samaran) menemani tim Malang Post. Sejak awal, nyanyi bergantian, layaknya orang sedang menikmati karaoke.
Chintya, wanita 24 tahun dan dua temannya yang seusia itu adalah purel. Sepintas mereka bukan wanita sembarangan. 

Dari gaya bicara, tingkah dalam room sampai berbusana, wanita sawo matang itu seolah menegaskan dirinya adalah wanita yang tak bisa diajak pergi selain berkaraoke. Apalagi malam itu ketiganya berbusana feminim. Roknya panjang melebihi lutut. Dandan pun tak mencolok.

Dalam room, Chintya, warga Sawojajar ini jauh dari kesan menggoda. Tapi ia suka melepas senyum. Bersama tamunya, dia lebih memilih berdendang layaknya menikmati lagu-lagu yang sedang dinyanyikan. Sesekali ia berdiri, berkali-kali matanya memejam seperti larut dalam lagu.

‘’Saya suka nyanyi. Ini namanya kerja sekalian ngilangin stress,’’ ucapnya pelan lalu tersenyum. ‘’Kalau kesini boleh kontak lagi, tapi jangan macem-macem ya,’’ sambungnya dipenghujung acara karaoke.
Kesan pertama, tiga purel itu tak menggoda, apalagi mengumbar aurat. Namun dijanjian keesokan harinya, tiga wanita itu mulai berani. Cara menggodanya tak sembarangan, hanya lewat lagu.

Malam berikutnya setelah janjian sebelumnya, Chintya mulai memberi tanda kepada Malang Post. Pesan menggodanya hanya lewat lagu. Bagai sedang mengajak, berkali-kali ia mendendang lagu, ‘Aku sedang ingin’.

‘’Aku sedang ingin bercinta karena mungkin ada kamu disini. Ku ingin….,’’ nyanyinya berkali-kali mengikuti teks lagu. Dan malam itu, rupanya wanita tinggi semampai ini sedang ingin bercinta.

Malang Post pun mencoba menggodanya lewat sms, Chintya sempat berubah. ‘’Maaf, aku bukan cewek gampangan,’’ kilahnya via SMS. Namun setelah ditelepon dan ngobrol sebentar dia pun luluh. ‘’Jangan sampai teman-teman ku tahu,’’ pesannya.

Wanita ramah ini pun lalu meminta dijemput di rumah kontrakannya. ‘’Di hotel ini aja, gak usaha yang mahal-mahal, yang penting privasi terjaga,’’ katanya, sembari menyebut salah satu hotel yang boleh dibilang khusus melayani short time.

‘’Banyak teman ku yang gampang diajak check in,’’ ucapnya membuak cerita. Tapi untuk mengajak check in tidak boleh dilakukan secara terbuka. Harus menggoda. Kalau tidak menggoda, ya mereka akan menggoda. Itu pun dengan cara yang santun.

Penggalan syair lagu, ‘Aku sedang ingin bercinta karena mungkin ada kamu disini. Ku ingin….’ Adalah cara Chintya menggoda. Lagu itu adalah isyarat. ‘’Kalau ku suka orangnya, ya ku nyanyi lagu itu. Itu tandanya,’’ katanya sembari tertawa.

Tapi purel lainnya memiliki cara yang berbeda. Ada yang langsung ok ketika diajak sekali, tapi ada yang harus dirayu dulu. Kalau pun harus merayu-rayu terlebih dahulu, bukan berarti gratisan.

Tarifnya macam-macam. Chintya misalnya, berani diajak kencan dengan ongkos Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Tapi itu pun hanya short time. ‘’Itu gak mahal kok, kan aku bukan cewek panggilan. Tapi kalau aku suka orangnya ya gratis,’’ katanya membela diri.
Umumnya purel yang yang bisa diajak check in itu memang pekerja di tempat karaoke. Tapi ada juga yang tak terikat resmi. Mereka baru nongol di tempat karaoke jika ada janjian dengan tamunya.

Chintya memiliki empat teman mahasiswi yang nyambi purel plus yang tak terikat resmi di tempat karaoke. Jika menemani nyanyi, mereka harus diberi tips lebih dari Rp 250 ribu. Kalau kurang, besok-besok dijamin mereka tak akan mau lantaran menilai tamunya pelit.
‘’Nah mahasiswi yang nyambi purel itu bisa diajak gituan (check in) asalkan di hotel mewah. Jangan hotel buat gituan,’’ katanya sembari menyebut sejumlah hotel short time di kota ini.

Soal ongkos, dia tak bisa memastikan. ‘’Kira-kira diatas Rp 300 ribu lah. Persisnya gak tahu, soalnya gak ngomong-ngomong,’’ terangnya.

Chintya sempat memberi nomor telepon seorang mahasiswi yang nyambi purel. Tapi ketika di hubungi Malang Post, ternyata mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta itu sedang di Jakarta.

Awalnya mahasiswi itu sempat mempertanyakan tahu nomor ponselnya dari siapa. Setelah diyakinkan bahwa temannya Chintya, barulah dia welcome. ‘’Lain kali aja mas. Ntar kalau balik ke Malang ya,’’ ucapnya.

Ada juga kisah kehidupan mahasiswi yang nyambi purel jadi wanita simpanan. Ia lupa pria itu pejabat atau pengusaha. ‘’Ada yang bilang pejabat, tapi temen ku itu bilang kontraktor,’’ kata dia.

Setelah jadi simpanan, mereka meninggalkan pekerjaan sebagai purel. Tapi kalau tak jadi simpanan lagi, pasti akan kembali ke dunia asalnya, purel


Inilah Potret Geliat Dunia Malam dan Prostitusi di Malang


Masalah prostitusi yang dulu dianggap sebagai hal yang tabu oleh masyarakat Indonesia pada saat ini hal tersebut telah menjadi sesuatu yang biasa. Gejala demikian bisa kita buktikan dengan semangkin banyaknya praktek-praktek prostitusi baik yang dianggap seolah-olah resmi maupun yang liar. Dan prostitusi tersebut telah berkembang tidak hanya dikota-kota besar saja melainkan sudah merambah kota-kota kecil dengan berbagai bentuk dan cara.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sebab-sebab maraknya praktek prostitusi dewasa ini khususnya dikalangan ABG (anak perempuan baru gede usia di bawah 18 tahun) dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi maraknya praktek prostitusi dikalangan ABG (anak perempuan baru gede usia di bawah 18 tahun) khususnya di Kodya Malang.

Dari hasil penelitian diketahui penyebab terjadinya praktek prostitusi dikalangan ABG (anak perempuan baru gede usia di bawah 18 tahun) antara lain disebabkan faktor ekonomi, akibat pergaulan bebas, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak (broken home) dan tertipu oleh calo yang berjanji mencarikan pekerjaan.

Upaya yang dilakukan selama ini dengan mengadakan razia-razia baik yang beroperasi dijalan-jalan maupun yang ditempat-tempat hiburan malam seperti diskotik dan kafe yang dijadikan tempat mangkalnya para ABG (anak perempuan baru gede usia di bawah 18 tahun) dan mengadakan penyuluhan dan pembinaan baik disekolah- sekolah akan bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas dan berganti -ganti pasangan.
Dalam analisa pembahasan mengenai praktek prostitusi jika ditinjau dari segi yuridis hanya ada beberapa pasal saja yang ada dalam KUHP yaitu mereka yang menyediakan sarana tempat persetubuhan (pasal 296 KUHP), mereka yang mencarikan pelanggan bagi si pelacur (pasal 506 KUHP), dan mereka yang menjual perempuan dan laki-laki dibawah umur untuk dijadikanpelacur (pasal 297KUHP).

Untuk mencegah semangkin meluasnya praktek prostitusi khususnya dikalangan ABG (anak perempuan baru gede usia di bawah 18 tahun), serta untuk membatasi pengaruh negative prostitusi terhadap masyarakat khususnya remaja, maka alternative yang terbaik adalah dengan cara memberikan pendidikan seks di sekolah-sekolah, pelajaran keimanan, dan penyuluhan-penyuluhan tentang bahayanya pergaulan bebas bagi kalangan remaja dan yang lebih penting lagi pengawasan orang tua terhadap anak khususnya saat anak berada diluar rumah serta memberi kasih sayang yang cukup, perhatian terhadap kegiatan anak dan mendorong mereka untuk berprestasi.

Sebenarnya sebelum tahun 2000, bisnis penyaji layanan esek-esek di Malang Raya di luar komplek (sebutan lokalisasi) sudah menjamur. Bahkan, usaha ini sudah dikelola secara profesional. Artinya, germo alias pemilik usaha ini tidak perlu menampung wanita piaraanya di markas mereka, orang awam menyebut bordil. Namun cukup memegang alamat dan telepon serta foto wanita penghiburnya.

Pihak tamu cukup pesan pada sang germo, dan kemudian kiriman pun diantar ke hotel yang dituju. Tarif layanan pun juga sudah berkelas halnya yang pernah ada di Jalan Jakarta, Jalan Trunojoyo, Tlogomas maupun di Jalan Arjuno, Batu. Sementara untuk tarif dibawahnya, bisa mendapat wanita-wanita yang biasa mangkal di Hotel Garuda maupun Hotel Jakarta. Pengelolahnya pun tak harus sembunyi-sembunyi, karena rumah bisnis tersebut begitu populer sampai-sampai oknum-onum polisi tak sungkan setiap harinya tongkrongan di tempat ini.

Pengelolaan bisnis tersebut, sekarang ini tak beda jauh dengan saat itu. Yang membedakan, sekarang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kamis malam lalu sekitar pukul 20:30, Malang Post sengaja bertandang ke sebuah hotel kelas melati di kawasan Blimbing. Seorang petugas security setempat, mengungkapkan beberapa fakta tamu-tamu hotel yang membutuhkan layanan prostitusi.

Lokasi hotel tempat kerja satpam itu, lokasinya sedikit tersembunyi dari jalan raya. Walaupun begitu untuk mencari hotel ini tak begitu susah. Bangunan hotelnya cukup bagus, dilengkapi kantor security di pojok kanan berisi seroang satpam untuk setiap shiftnya.

” Di hotel ini kalau ada tamu butuh kodew (wanita), bisa langsung minta ke operator. Nanti mereka (operator) akan mencarikan kodew, dengan kondisi seperti pesanan. Di hotel ini memang melarang mereka (wanita penghibur) mangkal, karena takut digerebek sedang gencar-gencarnya,’’jelas satpam yang sudah bekerja di hotel itu sejak 1999 ini.
Setelah ada pesanan, operator akan segera mengirim wanita sesuai pesanan. Jika tidak sesuai dengan harapan, wanita boleh dikembalikan dengan kompensasi ongkos taksi sekitar Rp 50.000. Jika ada stok, pemesan bisa mendapatkan pengganti rentang 15 menit. Namun jika stock lagi kosong, tamu akan dibiarkan menganggur hingga ada stock berikutnya.

Karena itulah satpam berinisial H ini menyarankan, agar tidak nganggur tamu bisa dibawakan lebih dari satu wanita. Sehingga bisa memilih, dan wanaita yang tidak dikehendaki bisa keluar kamar dengan tetap membeli imbalan ongkos taksi.
Namun belakangan ini setelah gencarnya grebekan, praktek jasa esek-esek untuk tamu hotel mengalami perubahan jam layanan. ”Sekarang pesannnya harus di bawah jam 8 malam. Kalau terlalu malam, jelas rawan belum lagi wanitanya juga akan pulang kemalaman,’’beber H.

Ditengah percakapan, H lantas menunjuk seorang wanita cantik berusia sekitar 20 tahun, yang baru keluar dari kamar hotel kelas delux. Menurut H, cewek itu adalah free lance di hotelnya yang paling sering dipesan dengan tarif kencan Rp 500.000. Dengan mengendarai sepeda motor Mio putih, cewek itu mengenakan baju sopan walaupun tetap menunjukkan keseksian tubuhnya.’’Untuk yang cewek satu ini, saya nggak pegang nomor hp nya,” ujar H seolah menyesal.


Pasokan cewek di hotel tersebut, bertarif Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Tergantung dari bagus tidaknya dari yang dipesan. Indikator itu bisa dari tubuh, wajah, ataupun layanan mereka. Untuk harga Rp 500.000 ke atas, H lantas menyebut beberapa hotel berkelas di Malang, sebagai tempat cewek seharga itu melayani tamu. ” Mau cari yang seharga itu, ya bisa cari di hotel-hotel tersebut tinggal pesan pada satpamnya,’’ungkap H.

Tarif yang dipatok, memang harga untuk short time dengan waktu antara 2 hingga 3 jam. Tapi jika pelanggan ingin lebih lama, harga bisa langsung dinego dengan cewek penghiburnya. Sementara untuk harga sewa kamar di hotel tempat H bekerja, tergolong murah. Untuk kamar biasa dengan fasilitas bath tub dipatok Rp 100.000 per enam jam. Sedangkan kamar deluxe, dengan fasilitas lebih langkap seharga Rp 120.000. Lokasi kamarnya dibangun dengan bentuk motel. Yaitu ada garasi dibawah, di atasnya baru kamar. Tujuannya, mobil tamu dan penumpang cewek bisa langsung ke garasi, dan tamu masuk kamar lewat jalan tembus di garasi.

Sejak sering ada razia, menurutnya, banyak PSK yang pilih jadi free lance. ‘’ Tapi ada kebaikan jika menggunakan Germo, karena pesanan yang diminta tamu kwalitasnya lebih terjamin,’’papar satpam yang punya tinggi badan 170 Cm ini. (mp-1/malangpost)


Pelacuran di Jalan Pajajaran 
 Siapa yang tidak mengenal Jalan Pajajaran kelurahan Klojen daerah Trunojoyo, tentunya hampir semua warga malang mengetahui jalan ini, jalan yang terkenal dengan area dan tempat prostitusi ini, hampir tidak pernah dapat perhatian pemerintah. 

Terbukti dengan tidak pernahnya dilakukannya razia dan reaksi tegas oleh aparat negara, walaupun pada waktu bulan suci Ramadhan sekalipun. Seperti yang diungkapkan oleh pedagang kopi area stasiun, bapak Selamet Mulyono (42), menurutnya pemerintah terkesan menutup mata terhadap masalah ini, polisi tidak berani karena ada backing tentara, dan merekalah yang bekerja-sama dengan agent atau germonya. 

Memang tidak bisa terbantahkan lagi ketika kami berjalan di sepanjang jalan Padjajaran ada Markas TNI yang terkesan acuh tak acuh kepada para wanita tunasusila yang sedang mencari lelaki hidung belang di jalan tersebut. Wanita yang dihargai paling murah Rp. 150.000 per jam ini memiliki pelanggan pun tidak tanggung-tanggung, bahkan ada yang berasal dari Timor Leste. Rata-rata usia mereka adalah 20 sampai 30 tahun. Dan mereka semalamnya bisa mendapat pelanggan kira-kira 1 sampai 11 orang lelaki hidung belang.

Di jalan inilah, mulai dari sekitar jam 7 malam sampai menjelang waktu shubuh, setiap wanita yang berasal dari daerah sekitar malang dan bahkan ada yang dari luar malang rela menjajakan dirinya demi sebuah rupiah. 

Alasan mereka bermacam-macam, selain karena tuntutan ekonomi juga karena faktor psikolgis, yaitu tekanan dan prustasi yang luar biasa karena masalah keluarga (brokhen home), pemenuhan seksual, kegagalan berumah tangga dan patah hati ketika berpacaran serta faktor lingkungan. Selanjutnya, jika dikaitkan dengan teori tentang penyebab kejahatan, bahwa secara garis besar faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang terdiri dari 2 faktor yaitu :

a. Faktor internal, yaitu adalah faktor penyebab dari dalam diri si pelaku, seperti tingkat emosional, gangguan kejiwaan dll.

Dalam uraian kasus di atas ditemukan bahwa ada beberapa orang yang melakukan praktek-praktek prostitusi disebabkan karena pemenuhan kesenangan semata. Bagi mereka tindakannya selama ini semata-mata guna pemenuhan kepuasan atau kesenangan batin saja.

Faktor penyebab adanya dorongan biologis yang tinggi, juga merupakan bagian dari factor internal ini. Libido seksual laki-laki (suami) yang besar membuat dia melakukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum, sebagaimana dikatakan oleh Sudarto, bahwa : “Kriminalitas orang-orang agaknya timbul dari ketidak sesuai atau ketidak seimbangan antara hasrat nafsu keinginan (libido) dan kemungkinan pemuasan atau potentie.

Cyril Burt dalam bukunya “The Young Delinguent” mengatakan sebagai berikut : “Bahwa hanya orang-orang yang mentalnya terbelakang dan lemah ingatan yang menirukan adegan-adegan dari film, dan yang ditiru bukan perbuatannya, tapi hanya caranya karena dorongan jahatnya memang sudah ada padanya. 

Burt menganggap pengaruh umum hal-hal yang sukar dicapai seperti digambarkan dalam film lebih penting, karena gambaran-gambaran yang tidak sungguh dan tidak sehat tentang kehidupan seks dapat menimbulkan pertentangan mental pada anak muda remaja. Tetapi bila dibandingkan dengan banyaknya film yang diproduser dan lepas dari sensor, korbannya biasanya hanya mereka yang memang karena pembawaannya punya kelakuannya anti sosial.

Dari berbagai teori tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa kasus yang dialami oleh pelaku karena semata-mata untuk mencari kesenangan bukan tidak mungkin akibat dari penyimpangan mental atau kejiwaan yang bersangkutan.

b. Faktor eksternal adalah faktor penyebab dari luar si pelaku, seperti tekanan ekonomi, lingkungan pergaulan, dll.

1. Faktor lingkungan
Faktor ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap penentuan sikap atau tindakan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai makhluk masyarakat. Dalam kaitannya dengan faktor lingkungan ini tokoh penting dari mashab Perancis atau mashab lingkungan G. Trade mengatakan bahwa :“Kejahatan bukan suatu gejala yang antropologis tapi sosiologis, yang seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai oleh peniruan.”

Pendapat di atas, juga dipertegas oleh para ahli kriminologi dan sosiologi yang berpendapat bahwa: “Kondisi lingkungan yang tidak waras merupakan tempat persemayaman bagi kejahatan (Evil Resides in an imperfect environment)”.

2. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi ini sebagaimana hasil penelitian merupakan faktor yang dominan yang menjadi penyebab timbulnya tindakan prostitusi. Dalam situasi ekonomi seperti ini, dimana tingkat persaingan dalam segala bidang sangat kuat, ekonomi mesti menjadi satu tujuan yang hendak dicapai setiap orang terutama kalangan wanita. 

Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut adakalanya dengan cara yang baik dan jujur, tapi tidak sedikit pula yang menempuh jalan pintas, dan banyak kasus prostitusi ini adalah buktinya.


Kenyataan ini sesungguhnya sejalan dengan berbagai teori causa kejahatan. Menurut Mazhab Sosialis, bahwa kejahatan timbul karena tekanan ekonomi. Seseorang menjadi jahat karena terlilit persoalan ekonomi, seperti miskin, pengangguran atau baru di-PHK.
Perbedaan antara miskin dan kaya merupakan gejala ekonomi, demikian pula perbedaan antara pengusaha, pekerjaan, buruh, penganggur merupakan gejala ekonomi pula. Perbedaan-perbedaan itulah yang kadang-kadang sangat menyolok menyebabkan adanya ketegangan-ketegangan masyarakat, pertentangan-pertentangan sehingga akan menimbulkan kejahatan.



Sebuah Cerita

SISI namanya. Berusia 19 tahun. Anak seorang pengusaha terkenal di Malang
dan pengurus salah satu cabang olahraga. Hampir setiap hari nama ayahnya
muncul di surat kabar.

Gadis cantik, yang namanya minta dituliskan persis seperti yang tertera di KTP-nya, adalah salah satu ABG ‘papan atas’ di Malang. Bila ‘turun’ ke jalan, ia biasa disapa dengan nama Sisi.

Apa yang kau cari Sisi? “Biar ayah tahu kalau saya sekarang memilih profesi ini. Jual diri,” katanya.

Secara sadar Sisi menyatakan harus melacur untuk membalas perlakuan ayahnya yang amat jarang pulang ke rumah saking sibuknya. Namun dia tidak akan mengobral pengakuan kepada sembarang orang, alasannya biar ayahnya tahu secara alamiah dari mulut ke mulut.

Karena itu pula, dia tidak canggung sedikit pun tatkala kepergok wartawan
yang juga amat dikenalnya karena kerap datang ke rumahnya di kawasan elite
di Malang. Setelah ibunya meninggal pada 1995 lalu, praktis di rumah sudah
tidak ada figur panutan lagi. Jawaban Sisi terbilang klasik: korban broken
home atau kekisruhan rumah tangga seperti halnya ratusan pelacur ABG
lainnya. Sisi merasa tidak ada satu pun orang di rumahnya yang bisa
dijadikan tempat berlindung. Ia malah merasa terlindung di dalam dekapan
banyak pria yang menyukainya.

Kendati sebagai gadis muda belia yang cantik, Sisi lebih suka berdandan ala kadarnya. Akan tetapi wajah cantiknya tak bisa disembunyikan. Sebagai pelacur ABG, Sisi semula tergolong laris, namun kemudian banyak ditinggalkan pelanggannya karena dinilai terlalu rewel.

Seorang pria yang cukup terpandang di Malang yang pernah beberapa kali membawa Sisi, mengatakan, “Dia selalu minta cepat pulang. Setelah di-booking pukul 12.00 WIB, pukul 17.00 sudah minta selesai dan cepat-cepat memanggil taksi untuk mengantarkan ke rumahnya.” Pria berusia 45 tahun itu sengaja memilih Sisi karena gadis tersebut datang dari keluarga terpandang, dan sudah menjadi pembicaraan kalangan atas di Malang.

“Saya sengaja memilih Sisi karena alasan prestise. Ternyata setelah saya rasakan, dia banyak permintaan. Soal duit sih, dia tidak banyak tanya,”
katanya. 

Disebutkan tarif rata-rata pelacur sekelas Sisi –sebelum
dipotong honorarium GM-nya– Rp 500.000 sekali pakai. Sisi mengaku masih kuliah, “Silakan cek kalau tak percaya,” ujarnya sembari menunjukkan KTM
(kartu tanda mahasiswa) sebuah perguruan tinggi kesohor di Malang.
Teman-temannya di kampus sudah banyak yang mengetahui Sisi menjadi pelacur, “Mereka tidak terlalu peduli. Tidak sedikit teman saya yang seperti saya. Kami saling tahu kelakuan masing-masing,” katanya. Di Malang belakangan ini, memang banyak pelacur ABG yang datang dari kalangan ‘atas’. Sedikitnya, saat ini ada 25 ABG dari kalangan etnis Cina.

Seorang gadis bermata sipit menceritakan tentang teman-temannya yang terjun ke dunia ‘hitam’, yang semuanya berasal dari keluarga mampu. “Sebelum ini, ayah saya pengusaha cukup sukses. Entah kenapa tiba-tiba bangkrut,” cerita Lani, ketika ditemui di Dieng Plaza. Ia anak seorang pengusaha di Kediri.

Lani mengaku, sejak bisnis ayahnya bangkrut itulah kiriman uang kuliah di
PTN terkenal di Malang tersendat-sendat. Terpaksa, Lani harus melayani pria hidung belang. Rupanya, resesi ekonomi yang mendera Indonesia dua tahun terakhir ikut menggelontor kelompok etnis yang selama ini dikenal paling mapan ekonominya. Bagi Lani, profesi inilah yang mampu menyambung napas hidup kuliahnya. Lani mengaku sekali dipakai dia mendapat bagian Rp 250.000. “Yang Rp 50.000 untuk Mami,” ungkapnya seraya menunjuk perempuan 40-an tahun yang duduk agak berjauhan.

Tapi tidak gampang menemui ABG di Kota Apel itu. Mereka bergerak secara rapi. Lokasi mangkal ABG –di Malang kerap disebut ayam abu-abu (bagi yang terlihat berseragam SMU) atau ayam kampus (khusus bagi pelacur ABG dari kalangan mahasiswi)– bisa ditemui di Plaza Dieng, food court Plaza Sarinah, di samping diskotek My Place, Laguna, dan Djoko Tarub Discoteque di kawasan wisata Batu. “Ada pula yang terang-terangan membuka praktek.

Mereka bisa ditemui setiap saat di Hotel Royal Inn,” ujar seorang GM seraya menyebut beberapa nama hotel. Sisanya, di Hotel Garuda atau penginapan kelas bawah lain, merupakan pelacur profesional berusia 25 hingga 30 tahun. Berbeda dengan ABG di Surabaya yang berani menjajakan diri di tempat terbuka seperti di pinggir jalan –para ‘pemakai’ menyebutnya sebagai pelacur embongan (jalanan)– di Malang hanya bisa
dijumpai di tempat-tempat keramaian seperti pertokoan atau kawasan tempat
nongkrong anak muda. Mereka juga bisa ditemui di karaoke, diskotek, atau kafe.

Mereka memanfaatkan radio panggil (pager) bahkan ponsel (handphone) untuk
mempermudah transaksi. Mereka rata-rata bergabung dalam induk semang/mami
atau germo (GM). Tempat yang paling terkenal adalah kawasan Tlogomas dan
Jl Tirtonadi. Ada satu yang tidak beroperasi lagi yakni yang di Jl Bandung
14.
Di kawasan wisata Batu, mereka bisa ditemui di Jaka Tarub Discoteque di
Hotel Purnama. Masyarakat setempat juga mengenali ABG muka lama atau
pendatang baru.
Masih di Batu, ada satu lagi Diskotek Fantasia yang pada Jumat, Sabtu, dan
Minggu dijejali ABG. Di sekitar dua diskotek tersebut terdapat ratusan
vila yang bisa disewa per jam. Bahkan, harga sewa bisa terbilang sangat
murah, kecuali Sabtu dan Minggu. Pada hari biasa harga sewa dalam kisaran
Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per paro hari. Tidak usah ragu-ragu, karena
para penjaga vila senantiasa bersikap proaktif. Mereka juga tak jarang
berperan ganda sebagai broker (pialang) atau perantara atas permintaan
para ABG. “Kalau akhir pekan mahal. Sebab kita sampai menolak permintaan,”
kata seorang penjaja vila di kawasan Songgoriti Batu. Maklum, mereka
kebanjiran ‘wisatawan’ dari Surabaya dan Jakarta. Dari mana mereka
berasal? Pengakuannya bisa macam-macam. Kebanyakan mengaku dari Blitar,
Kediri, Surabaya, atau daerah lain di Jatim. Tidak sedikit pula yang
berasal dari Kalimantan, Sulawesi, dan belahan Indonesia timur lainnya.
Tapi jumlahnya tidak bisa mengalahkan yang berasal dari Malang sendiri.





Daftar Harga Sewa PSK Indonesia



Banyak sekali aksi-aksi nekat seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi. Sulit memenuhi keuangan hidup, seorang mahasiswi rela menjual diri serta keperawanan mereka terhadap lelaki hidung belang.

Biasanya mahasiswi ini beraksi pada-pada tempat tertentu atau melalui agen jasa penyedia bispak ayam kampus di Indonesia. Agen jasa penyedia bispak atau yang sering disebut EOBIS. EOBIS (Sebutan Agen Bispak) bertugas mencari ayam kampus baru di linkungan universitas swasta maupun negeri di Indonesia untuk di jadikan karyawan bispak mereka. 

Foto: say,,pengen gaya gini nie,,da yang kuat ga yaa???
mampir juga ya ke arisan tante nieh ada yang hot bebz==>>http://bit.ly/17MsNiJ
Foto: sapa yang mau rasain malam ini ayo coment!!
lagi butuh nieh!sapa cepet dia dapet

Para Bispak-Bisapak ini ketika sudah berada di dalam agen EOBIS nantinya akan menandatangani sebuah kontrak kerja dengan agen tersebut. Penandatanganan kontrak kerja ini dimana nantinya para bisapak tersebut akan mendapatkan masa tenggang dari pekerjaannya.

 Apabila bispak ini melanggar dan berhenti sebelum masa tenggang dari kontraknya bispak ini akan dikenakan denda yang sangat besar.Selain itu apabila ayam kampus atau para bispak telah bergabung dengan EOBIS, mereka akan mendapatkan beberapa fasilitas yang sangat besar. Fasiitas itu seperti mobil, makeup dll… Yang lebih fantastis lagi bro, EOBIS ini akan merawat para bispaknya sehingga bispaknya akan tampil seperti para artis, Maksudnya ialah para bispak EOBIS ini akan disuntik putih satu persatu secara bertahap agar kulit mereka bersinar seperti kulit putih nan sehat!Tujuan konyol terebut kata “GG” bertujuan untuk menarik hati pelanggan agar mereka tertarik dengan bispak EOBIS kami!



Harga sewa PSK rata-rata Di patok dengan harga SBB:

Wanita kelas VVIP = minimal Rp. 2.000.000 (SPG, Model, EOBIS)
Wanita HighClass (Model)= Rp. 650.000 - Rp. 1.500,000 (Panggilan, terselubung, Model, SPG dll)
Wanita Kelas Eksekutif = Rp. 400.000 - Rp 600,000 (PSK Karaoke, Cafe,dll)
Wanita Kelas Mesz = Rp. 200,000 - Rp. 350.000 (PSK Rumah Bordil)
Wanita Untuk kelas Jalanan = Rp. 75,000 - Rp. 175.000 (PSK Pinggir Jalan)


Night Club

Nah bukan hal yang tabu lagi bagi kita semua untuk mengetahui fenomena ayam kampus di Indonesia seperti yang pernah di tulis blak-blakan.com dengan judul: Mengungkap Skandal Ayam Kampus Di Indonesia . 

Foto: Mana yang paling montok say???
nie tmen tante semua lagi nyari brondong, lok da yang suka ksi ja nopenya ya sayng!!!
entr tak kasi tmen tante,,buat mlem nanti mmpung blom ada sasaran nieh
Dari hal tersebut dapat di jelaskan betapa kejamnya derasan hidup di dunia ini hanya untuk bertahan hidup dan bersaing dengan orang lain.Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini. Namun yang seringkali menjadi alasan adalah bahwa mereka harus membayar uang kuliah sendiri, kecewa dengan pacar ataupun korban pemerkosaan saat masih duduk di bangku sekolah dll. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan bookingan yang hadir menghampirinya. Ada Ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ke-3 atau lewat perantara.


Tempat Clubbing di Malang

Seiring perkembangan zaman, kota Malang telah menjelma menjadi pusat kota pelajar dan mahasiswa dengan semakin banyaknya kampus bergengsi dan berstatus negeri, sejalan dengan hal inilah maka bermunculan juga berbagai industri hiburan pendukung seperti tempat rekreasi atau wisata dan bahkan hiburan malam yang lebih dikenal dengan sebutan kehidupan malam atau NightLife.

Malang Party Girls Inc. akan mencoba membahas sedikit tentang tempat clubbing yang ada di kota Malang, yang sangat cocok untuk NightLife experience anda smua :)

Venue Club di Malang, antara lain :

AMETIST PUB & RESTO
----------------------------
https://twitter.com/Ametist_pubMLG
AMETIST PUB & RESTO
@Ametist_pubMLG
first FASHION CAFE in MALANG, the MOST GLAMOURS AND LUXURY CLUB with new concept entertaint and atmosphere, for info phone (0341) 550305 or add pin 26BB9F04
3rd floor MX mall MALANG

Ametist adalah sebuah pub dan diskotik yang berkonsep fashion dan lounge, bertempat di Plaza MX Malang.

SMOOTH Cafe & KARAOKE Malang
--------------------------------------------
https://twitter.com/SmoothCafe_MLG
Smooth Cafe Malang
@SmoothCafe_MLG
Hypnotizing club in Malang!!! Jl. Terusan Dieng 36 Malang (0341) 555777
cafesmooth@yahoo.co.id
PIN : 274ECAE2
Malang, Jawa Timur, Indonesia

SMOOTH Cafe & Karaoke
Jl. Terusan Dieng no.36 Malang
Phone : 0341 - 555777


Hugos Cafe Malang
----------------------
http://hugosmalang.com/
http://www.facebook.com/pages/Hugos-Cafe-Malang/201160186627219
http://www.hugoscafemlg.blogspot.com/
HUGOS CAFE MALANG

Basic Info
Joined Facebook    11/15/2011
Location   
JL. Langsep No. 2A Plaza Dieng Malang, Malang Hugos Cafe Party

Address :
Basement Level Dieng Plaza, Jl. Raya Langsep 2 Malang

ProductS :
kinds of whisky, vodka, tequela, cognag, liquer and any more

Contact Info
Phone - 0341586304, 087759778181

Website   
http://hugoscafengalam.blogspot.com

About
Hugos Cafe Party

Company Overview
Bar and Pub Hugo's Malang

Description
Tempat Party Separty-Partynya

Reguler event:
--------------
-MONDAY-
" University Party "

-TUESDAY-
" Tuesday Rock "

-WENDESDAY-
" Tequela Party "

-THURDAY-
" Ladies Party "

-FRIDAY-
" Friday Freeday "

-SATURDAY-
" PartyXone "

Nashville Club MALANG
---------------------
https://twitter.com/Nashville_Club
NASHVILLE CLUB MALANG
@Nashville_Club
Official Nashville Club, Pub & Karaoke
The Greatest Club in Town
Jl. Kawi Kompleks Mall Olympic Garden
RSVP. 0341 - 336262 . ext. 239
Malang - Indonesia ·
http://www.ariahtl.com


MYPLACE Malang
---------------------
MYPLACE MALANG
https://twitter.com/myplace_malang
myplacemalang
@myplace_malang
My Place its always to be your place.... !!!!
Malang/INDONESIA
Club @ Kartika Graha Hotel - Malang


Tempat Clubbing di Malang - direview oleh MPG Inc. (Malang Paty Girls Inc)
Open Recruitmen MPG Inc 








Mengintip Kehidupan Malam di Kota Batu

Batu - Istirahat malam setelah seharian traveling memang asyik, tapi janganlah terburu tidur jika liburan ke Batu, Jatim. Kota berudara dingin ini punya segudang aktivitas seru di malam hari, yang sayang dilewatkan.

Kota Batu di Jawa Timur adalah salah satu destinasi wisata yang makin ramai dikunjungi turis, baik dalam atau pun luar negeri. Udara yang sejuk dan lingkungan yang masih hijau menjadi daya tarik utamanya.

Jalan-jalan ke Batu, Anda harus menyiapkan diri untuk traveling seharian, alias 24 jam. Seakan tak pernah tidur, kota ini memiliki beragam atraksi wisata yang bisa dikunjungi pagi, siang bahkan malam hari.

detikTravel pun pernah merasakan langsung kemeriahan wisata di Kota Batu, khususnya malam hari. Saat itu udara dingin terasa begitu menggigit kulit.

Beruntung, langit Batu sedang cerah. Ada banyak bintang menghias angkasa, tak ketinggalan bulan yang selalu setia menerangi malam. Niat untuk berkeliling Batu pun semakin bulat.

Destinasi pertama saya adalah Batu Night Spectacular (BNS). Ini adalah tempat wisata di Batu, yang sengaja hanya buka pada malam hari.

Jangan bayangkan BNS seperti pusat hiburan malam. Buang jauh-jauh pikiran semacam itu, karena BNS adalah taman bermain yang buka pada malam hari. Lebih tepatnya, BNS mirip seperti pasar malam yang biasa Anda lihat, hanya saja lebih modern.

Ada banyak wahana permainan yang bisa Anda jajal. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah sepeda angin. Naik wahana ini, adrenalin Anda akan ditantang dengan menaiki sepeda dengan rel yang dipasang cukup tinggi. Rel-rel ini ditegakkan dengan tiang-tiang dan pengaman yang kokoh, jadi tak perlu takut ya.

Selanjutnya, pengunjung bisa masuk ke arena lampion. Bagaikan istana lampion, ada banyak lampion yang dibentuk mirip bangunan sungguhan. Cantik sekali. Anda pun bebas foto bersama di sana.

Selain dua wahana tersebut, masih ada banyak permainan lain yang bisa Anda coba, seperti rumah hantu, night market dan kincir. Namun, jika ingin mencoba masing-masing wahana, pengunjung harus membayar tiket yang masing-masing harganya berbeda.

Puas bermain di sana, saatnya duduk-duduk santai di Alun-alun Kota Batu. Awalnya saya mengira kalau alun-alun akan sepi mengingat waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB. Tapi ternyata salah, alun-alun masih sangat ramai.

Ada satu warung yang paling ramai dipenuhi warga lokal, baik muda atau tua. Warung tersebut adalah Pos Ketan. Ini adalah tempat makan ketan favorit penduduk Batu.

Ada beragam jenis ketan yang dijual. Beberapa di antara yang difavoritkan adalah ketan keju susu, ketan cokelat susu, dan ketan dengan bubuk kedelai.

Sambil menyantap ketan, ada pengunjung bermain kartu atau sekadar ngobrol dengan teman. Saya dan kawan pun menikmati ketan sambil terus mengarahkan kamera mengabadikan momen.

Siapa sangka, kota mungil Batu ternyata bisa begitu menyenangkan. Tak hanya siang, malam hari pun terasa sangat seru. Dijamin lelah tak terasa.(detik Travel)

















Menguak Prakter Prostitusi Terselubung Mahasiswi Di Malang Yang Juga Layani Dosen Demi Nilai Yang Baik

Praktik bisnis “ayam kampus” tak hanya terjadi di kota pelajar Yogyakarta. Di Malang, Jawa Timur, yang memiliki sebutan kota pendidikan juga menjamur bisnis tersebut. Pelakunya adalah oknum mahasiswi yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, yang ada di Malang.

Dari pengakuan salah satu pelaku ayam kampus di Malang, ia nekat terjun ke dunia bisnis esek-esek karena keperawanannya sudah direnggut sejak masih duduk di bangku SMP. Dari penelusuran Kompas.com, mayoritas umur mahasiswa yang berprofesi ayam kampus berumur 19 hingga 22 tahun.

“Dari teman-teman saya yang masuk ke dunia itu (ayam kampus), mayoritas karena sudah tidak perawan sejak SMP. Ada yang sejak SMA. Saat pacaran, sang pacar mengajak berhubungan. Ancaman jika tak mau (berhubungan intim) akan diputus. Terpaksa harus mau karena saat itu masih cinta monyet,” aku DY (20), salah seorang mahasiswi yang ditemui Kompas.com, di sebuah kafe di Kota Malang, Minggu (28/10/2012) malam.

Sebutan ayam kampus itu sudah menjadi istilah umum bagi para mahasiswi yang menyambi menjadi pekerja seks komersial (PSK) terselubung.

Menurut DY, sebagian besar ayam kampus di Malang berlatar belakang dari keluarga yang bermasalah (broken home). Bukan hanya karena faktor impitan ekonomi. “Setahu saya, dari keluarga mampu semua. Ada yang memang faktor ekonomi, tapi tidak banyak, bahkan jarang. Itu yang saya kenal,” aku DY yang mewanti-wanti namanya tidak ditulis.

Ditanya soal operasi dan cara transaksinya, DY menceritakan, untuk di Malang, trennya sudah mulai berubah. “Jika awal-awal, asal ada yang ‘pesan’, harga cocok, siap aja. Tapi tren sekarang para ayam kampus memilih aman. Yakni ‘dipelihara’ oleh para om-om atau pengusaha atau pejabat penting. Kalau pejabat jarang yang dari Malang sendiri, tapi dari luar Malang,” akunya.

Para pejabat, lanjut DY, datang ke Malang biasanya di hari-hari libur akhir pekan. Tinggalnya di hotel atau di sebuah vila seperti di Kota Batu. “Jika pengusaha tergantung panggilan,” katanya.

Menurutnya, ayam kampus yang “dipelihara” biasanya dibayar secara bulanan. “Umumnya, kalau sudah ada yang memelihara, per bulannya minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 10 juta. Kalau harga sekali ‘main’ umumnya ayam kampus di Malang dibanderol paling rendah Rp 500.000. Maksimal Rp 1 juta,” ujar DY.

“Ayam kampus” di Malang, Jawa Timur memang sulit dideteksi. Mereka bisa dipanggil hanya melalui orang-orang yang sudah dikenalnya. Untuk menutupi statusnya sebagai “ayam kampus”, kebanyakan dari mereka memanfaatkan sang pacar.

DY, “ayam kampus” yang juga mahasiswi fakultas ekonomi salah satu perguruan tinggi di Malang ini mengaku, “ayam kampus” biasanya nongkrong di tempat-tempat hiburan malam, seperti kafe dan karaoke. “Bahkan ada juga yang mangkal di karaoke khusus keluarga,” katanya.

Peminatnya, beber DY, adalah lelaki hidung belang yang penghasilannya per bulan minimal Rp 25 juta. “Kalau dari kalangan mahasiswa sendiri jarang, karena terbentur dengan ekonomi yang masih dibantu orang tua. Umumnya mahasiswa hanya dijadikan pacar agar tidak diketahui bahwa dia juga berprofesi sebagai ‘ayam kampus’,” katanya.

Dia mengaku masuk ke dunia “ayam kampus” karena dikenalkan oleh temannya. “Kalau saya, pertama kali teman yang memperkenalkan ke dunia itu, karena stres kondisi keluarga sudah tak peduli masa depan saya,” aku DY.

Tempat yang dipakai untuk kencan, menurut DY, kebanyakan di hotel berbintang di Malang. “Kalau malam, diajak ke kafe atau karaoke dulu. Sering juga diajak minum dulu. Tapi kalau malam, terbatas. Karena jam 22.00 WIB, sudah harus ada di kos. Boleh malam, tapi sudah izin ke luar kota ke ibu kos,” katanya.

Untuk menemukan “ayam kampus” juga tidak mudah. Jika tidak kenal, tidak akan bersedia.Biasanya, “ayam kampus” mau diajak kencan jika sudah kenal atau dikenalkan oleh orang dekat, tapi bukan teman-temannya di kampus. “Jika si hidung belang yang langsung menghubungi teman-teman tidak bersedia. Khawatir terbongkar,” katanya.

Di Kota Malang, hingga kini sudah mulai menjamur hiburan malam, mulai dari wilayah Lawang (Malang wilayah utara), hingga kota Batu. Tempat hiburan malam inilah yang kerap dijadikan ajang perkenalan hingga transaksi para “ayam kampus”.

“Namun, banyak beroperasi di kafe-kafe yang ada di Kota Malang. Bisa juga dibawa jalan-jalan ke luar Malang kalau di kampus libur,” ujarnya. Berbeda dengan pekerja seks komersial yang menjual dirinya secara terbuka di tempat-tempat prostitusi, mahasiswi yang terjun ke bisnis “ayam kampus” cenderung menutupi pekerjaannya itu dan hanya menjajakan jasanya kepada orang-orang tertentu. Keamanan menjadi alasannya sebab mereka tidak mau pekerjaannya itu diketahui orang lain.

Kini, dengan meledaknya perkembangan media sosial via internet, para ayam kampus pun memanfaatkannya untuk “berbisnis”. “Pembicaraan awal menggunakan FB (Facebook), BBM (BlackBerry Messenger), atau YM (Yahoo Messenger). Jika sudah, saya akan menghubungi untuk ketemuan. Kebanyakan dari klien saya adalah om-om,” ungkap BG, mahasiswi berumur 24 tahun yang mengaku sudah dua tahun terjun ke dunia ini.

BG dalam perbincangan dengan Kompas.com beberapa waktu lalu mengakui, tidak mudah berkomunikasi dengan para ayam kampus. Sebab, semua harus melewati rekomendasi dari teman seprofesi atau orang yang sudah pernah berkencan. “Kami tidak ingin pribadi kami ketahuan atau tersebar di mana-mana karena itu kami sangat sulit dicari. Orang-orang bilang kami ini PSK high class,” tuturnya.

Transaksi pun tidak bisa dilakukan dalam satu hari jadi. Klien harus melakukan pendekatan ekstra untuk bisa mengajak kencan. BG sendiri lebih senang diajak makan, dugem, atau nonton. Baru setelah merasa nyaman, transaksi bisa dilakukan.

Usaha ekstra untuk bisa bertemu dan berhubungan itulah yang membuat para klien merasa penasaran. “Ketika mereka sudah penasaran, kami bisa meminta harga mahal. Itulah untungnya jika transaksi dilakukan lewat media sosial,” paparnya.

BG juga mengaku pernah hampir jatuh cinta dengan kliennya. Intensitas pertemuan dan perhatian pelanggannya itu membuatnya jatuh hati. “Karena merasa tidak pantas, akhirnya saya memutuskan menjauh,” ungkap BG.

Tarif ayam kampus memang tergolong mahal, terlebih jika dibandingkan dengan PSK di lokalisasi. Untuk sekali booking, diperlukan biaya Rp 500.000 sampai Rp 800.000. Harga itu belum termasuk pengeluaran untuk belanja dan makan. “Tarif kencan tergantung di mana ayam kampus itu kuliah. Kalau kuliah di universitas terkenal, tarifnya akan lebih mahal dibandingkan dengan yang kuliah di universitas yang biasa-biasa saja,” ujar BG lagi.

Berbeda pula dengan PSK di lokalisasi, BG mengaku, dalam satu bulan ayam kampus biasanya hanya melayani dua-tiga klien. Klien yang dilayani pun kebanyakan menjadi pelanggan tetap. “Kadang, kalau lagi males, ya, bisa satu bulan tidak cari klien. Namun, kalau lagi kebutuhan banyak, bisa beberapa kali kencan,” ucapnya.

Mereka pun lebih memilih tempat kencan yang aman dan cenderung berkelas. “Saya lebih menikmati dan merasa aman jika dilakukan di hotel atau vila di Kaliurang. Lebih aman dan kemungkinan bertemu dengan orang yang kenal sedikit,” tutupnya.

Mahasiswi yang nyambi menjadi “ayam kampus” di Malang mengaku sering melayani pemain sepakbola, terutama para pemain asing yang merumput di liga Indonesia.

Hal itu setidaknya diakui DY, salah satu “ayam kampus” yang bersedia diwawancarai Kompas.com di salah satu kafe di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (28/10/2012) lalu.

“Banyak pemain bola yang sering booking teman-teman, tak hanya pengusaha atau pejabat,” kata perempuan yang kini masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. “Kalau pemain lokal, jarang. Ada juga (pemain lokal) tapi tidak sering booking. Kalau pemain asing, hampir setiap selesai pertandingan pasti booking,” kata gadis berusia 22 tahun ini.

Untuk menghubunginya? DY mengaku biasanya melalui perantara. “Karena kalau tidak kenal, teman-teman tidak mau. Komitmennya begitu. Jika ada pemesan, kita punya sandi atau bahasa tersendiri,” katanya. Namun dia tidak mau menyebutkan bahasa sandi yang dimaksud.

Soal tarif booking, DY menyebutkan tidak memberlakukan harga khusus. Baik pemain bola maupun umum sama, rata-rata Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta per sekali kencan. Uang hasil kencan itu dipakai untuk biaya hidup selama kuliah.

Apakah jika melayani “konsumen” pernah jatuh cinta? DY mengaku tidak pernah. “Tidak pernah jatuh cinta ke pemesan. Karena sudah ada pacar. Jika jatuh cinta akan berisiko,” katanya santai. Mahasiswi yang nyambi menjadi “ayam kampus” mengaku kerap mengajak kencan para dosen yang mengajarnya di kampus. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan nilai bagus walau sering tidak masuk kuliah dan tidak maksimal mengerjakan tugas mata kuliahnya.

“Mengajak kencan dosen yang ngajar lebih efektif, tetapi tidak semua dosen diajak dan mau diajak,” tutur SF, salah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Malang, saat ditemui Kompas.com di sebuah rumah kontrakan di Kota Malang, Senin (29/10/2012) malam.

Menurut perempuan berusia 21 tahun ini, mengajak kencan adalah senjata terakhir untuk meluluhkan dosen yang killer dan pelit memberi nilai. “Tak jarang para dosen yang pelit akan nilai. Banyak juga dosen yang killer. Disogok pakai uang atau bingkisan jarang mau,” kata SF.

“Ya, diajak ketemuan di rumah makan atau di kafe sederhana. Setelah lumayan akrab, mulai memancing ke arah hubungan intim,” lanjutnya.

Namun, para dosen, lanjut SF, ternyata tidak mudah untuk diajak berhubungan intim. “Tidak langsung mau. Harus berkali-kali ngajak dan terus didekati. Kalau sudah gol, sudah pasti memberikan nilai bagus walau jarang masuk,” akunya.

Ditanya apakah juga dibayar oleh sang dosen? SF mengaku, untuk kelas dosen, gratis. “Karena yang butuh kita. Bukan dosennya. Teman-teman yang berprofesi itu (“ayam kampus”) memang sering bolos kuliah. Malas mau ngerjain tugas. Jadinya, berbagai upaya dilakukan agar dapat nilai bagus,” katanya.

Setelah berhasil mengajak berhubungan seks dengan oknum dosennya, SF mengaku, para dosen tersebut akhirnya ketagihan. “Tak jarang minta berhubungan lagi. Ya, kita turuti, tetapi sifatnya tidak memaksa. Kalau ngajak via sms. Misalnya, ‘ada waktu ketemu?’. Itu cara ngajaknya,” beber SF.

Umumnya, kata SF, dosen yang bisa diajak kencan usianya masih muda. Kencannya dilakukan di hotel sederhana. “Kalau dosen ambil hotel sederhana. Tak terlalu mahal. Yang penting aman,” kata perempuan yang mewanti-wanti namanya tidak dituliskan ini.

Seperti apa hotel yang dianggap aman itu? SF mengaku hotel yang bukan menjadi langganan “klien”-nya. “Karena kalau dosen, kan, bukan langganan,” katanya lantas tersenyum.

Lebih lanjut SF mengaku, awalnya dia tak mau melakukan hubungan seks di luar nikah. Namun, karena dirinya sudah tidak perawan sejak SMA dan sudah terbiasa, akhirnya dia menikmati menjadi “ayam kampus”.

“Saya sudah terbiasa dan diakibatkan karena tak perawan lagi. Saat SMA, pacar saya mengajak berhubungan, jika tak mau, akan diputus. Orangtua saya berantakan. Mama cerai dengan papa,” keluhnya.

Padahal, SF mengaku berasal dari keluarga kaya. “Papa saya seorang pengusaha. Mama juga pengusaha. Tapi papa selingkuh, mama akhirnya juga selingkuh. Ketahuan cerai. Saya jadi korbannya. Soal uang saya tak kekurangan. Tapi kedua orangtua sudah kurang peduli. Cuma kirim uang saja, tak mau tahu kondisi saya,” aku SF.

Untuk menyamarkan profesinya sebagai “ayam kampus”, beberapa mahasiswi di Malang ada yang mengenakan kerudung plus busana tertutup. Trik tersebut digunakan DY dan SF, dua mahasiswi yang bersedia diwawancarai Kompas.com di sebuah kafe di Kota Malang pada Senin (29/10/2012) malam.

“Cara pakai busana muslim atau pakai kerudung sudah biasa dilakukan. Karena kalau di Malang, kabar adanya ‘ayam kampus’ itu sudah menjadi rahasia umum. Untuk menutupi image negatif itu, harus pakai jilbab,” aku DY.

“Jika pakai jilbab, di kalangan mahasiswa sendiri, tergolong bukan ‘ayam kampus’. Umumnya, yang diketahui para mahasisiwa dan mahasiswi, ‘ayam kampus’ itu tidak menggunakan jilbab,” nilai DY.

Ia mengatakan, kerudung dipakai saat hanya pergi ke kampus. Di luar kampus, DY mengenakan pakaian biasa. “Kalau ke pelanggan, malah jarang yang mau pakai jilbab. Karena mayoritas pemesannya, tidak suka. Ada juga yang cari berjilbab, tetapi jarang,” kata perempuan berkulit putih itu.

Hal yang sama juga diakui SF saat ditemui di rumah kontrakannya di wilayah Dinoyo, Kota Malang. “Hanya saat akan ke kampus pakai jilbab karena pergaulan saya di kampus seperti biasa. Harus tidak ada yang tahu profesi saya, kecuali teman seprofesi,” akunya.

Sementara itu, DY dan SF mengaku, setelah keduanya lulus menjadi sarjana, mereka akan meninggalkan profesi “ayam kampus”. “Setelah sarjana, profesi ini akan dibuang. Akan menata keluarga yang baik. Makanya, saya menjalin hubungan baik dengan pacar saat ini,” ujar DY.

Menjajakan diri kepada pria hidung belang, kata DY, bukan kehendak nurani, tetapi hanya nafsu semata. “Hanya karena jalan pengobat stres, frustasi akibat tak dipedulikan orang tua,” keluhnya.

Kebanyakan “ayam kampus”, nilai DY, juga tergiur dengan pola hidup mewah, glamor, dan serbainstan. “Kalau tak kunjung sadar, kuliahnya amburadul, dan bisa memutuskan jadi PSK di lokalisasi. Semoga tidak sampai demikian,” katanya sembari merundukkan kepala.

Sebelumnya, diberitakan, mahasiswi yang nyambi menjadi “ayam kampus” juga mengaku kerap melayani beberapa dosen yang mengajarnya di kampus. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan nilai bagus walau sering tidak masuk kuliah dan tidak maksimal mengerjakan tugas mata kuliahnya.

“Mengajak kencan dosen yang ngajar lebih efektif, tetapi tidak semua dosen diajak dan mau diajak,” tutur SF.

Sementara langganan tetap para “ayam kampus” ini kebanyakan berasal dari kalangan pengusaha dan pejabat. Namun, untuk pejabat, menurut pengakuan DY, kebanyakan dari luar Malang.

Selain itu, ada juga “ayam kampus” yang melayani pemain bola di klub Liga Indonesia. Rata-rata mereka adalah pemain asing.
This Is The Real World

Tidak ada komentar: