Selasa, 24 Desember 2013

Mengupas Fenomena Ayam Kampus, Seluk Beluk dan Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?

Merdeka.com - Setelah diberitakan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi bersama orang dekat Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah di Hotel Le Meridien, mendadak nama Maharany Suciyono menjadi buah bibir di kampusnya, Universitas Dr. Moestopo. Dara cantik itu diduga terlibat gratifikasi seks, meskipun akhirnya tudingan itu dibantahnya.

Desas-desus soal Rany dengan cepat beredar luas. Dikabarkan keberadaan Rany di Hotel Le Meridien tidaklah cuma-cuma, dia dibayar Rp 10 juta. Akibat perbuatannya tersebut, dara cantik itu mendapat predikat negatif di lingkungan kampusnya.

Namun pihak universitas dengan tegas menolak jika Rany disebut sebagai wanita penghibur. "Untuk mendapatkan uang anak kami tidak sampai sejauh itu," kata Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Meostopo, Usmar Ismail, kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.

Meski belum terbukti sebagai wanita penghibur, namun apa yang dilakukannya tersebut tetap tidak laik buat seorang mahasiswi. Akibat perbuatannya ini, tidak sedikit masyarakat yang memberi cap 'ayam kampus' kepada mahasiswi yang sudah dikeluarkan dari kampusnya tersebut.

"Praktik ayam kampus itu suatu bentuk prostitusi yang sulit dibuktikan, prostitusi terselubung," kata penulis buku kontroversial "Jakarta Undercover" Sex in The City) Muammar Emka saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/2).

Penulis yang telah menghasilkan lebih dari 20 buku itu menambahkan, aksi yang dilakukan ayam kampus sulit dibuktikan karena tidak ada tanda terima setiap mereka bertransaksi.

"Tidak ada bukti tertulis, jadi tidak bisa dibuktikan bersalah."

Mengenai cara beroperasi seorang ayam kampus, jelas Emka, para penjaja sex ini bisa dilihat dari kegiatan mereka. Para ayam kampus dalam mencari mangsanya, mereka biasa hang out di cafe-cafe yang banyak terdapat pejabat atau eksekutif.

"Biasanya mereka beraksi saat lunch, coffee time, dan saat tea in the afternoon," ujarnya. "Pokoknya bisa keciri deh," lanjutnya.

Mengenai cara beroperasinya, penulis yang identik dengan jenggot panjang tipisnya tersebut menjelaskan, biasanya para ayam kampus ini bekerja dengan beragam cara.

"Jalur mereka beragam, ada yang pake agency model, talent scouting, dan single fighter. Untuk yang single fighter ini, macam cara dilakukannya untuk menggaet korban, salah satu caranya dengan windows shopping," tuturnya.




Jadi ayam kampus biar bergaya ala sosialita

Merdeka.com - Wanita kadang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Dia selalu ingin tampil up to date agar tidak dibilang ketinggalan zaman.

Untuk memenuhi keinginan tersebut tentu harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Camelita (21) salah satunya. Wanita yang masih menyandang status mahasiswi di salah satu perguruan tinggi Jakarta itu memilih jadi ayam kampus untuk bergaya hidup sosialita.

"Ya gue sih sebenarnya jadi ayam kampus cuma pengen buat belanja saja. Apalagi perkembangan gadget kan cepat banget, jadi gue harus up to date. Belum buat beli tas dan lain-lain," ujar wanita berkulit putih, berambut panjang itu saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis malam lalu.


Camelita mengaku bukanlah dari keluarga yang tergolong tidak berada. Selain itu, kebutuhan hidup dirinya masih dicukupi oleh kedua orangtuanya.

"Yah uang sih masih dikasih buat jajan. Tapi karena gue ngekos jadi orangtua enggak tahu kalau gue liar," kata mahasiswi semester lima Fakultas Komunikasi itu.

Untuk gaya hidup, Camelita juga cukup glamor. Hampir tiap akhir pekan, Camelita melepas penat ke sejumlah tempat hiburan bersama sahabat maupun teman kencannya. Namun, mesti sering bepergian dan menjadi ayam kampus, dirinya belum mampu membeli mobil.

"Ke mana-mana masih naik taksi. Ini sedikit-sedikit dari hasil kencan ditabung buat beli mobil," tuturnya sambil tersenyum.



Pengakuan blak-blakan ayam kampus Ibu Kota

Merdeka.com - Istilah ayam kampus memang kerap kali dikonotasikan dengan dunia prostitusi di lingkungan perguruan tinggi. Ayam kampus biasa diarahkan kepada mahasiswi yang nyambi 'jualan', tentu dengan imbalan uang.

Salah satu ayam kampus Camelita bukan nama sebenarnya (21) mengungkapkan pengalamannya. Dia mengaku terjun ke dunia hitam sejak tahun 2010. Awal mulanya, mahasiswi angkatan 2010 itu mengaku diajak oleh teman.

"Ya awal-awalnya nggak tahu lah dunia yang kayak begitu (ayam kampus), tapi lama-lama karena pengaruh pergaulan dan lingkungan yaa, jadi kenal deh," ujar Camelita kepada merdeka.com, Kamis (7/2).

Wanita berusia 21 tahun tersebut menceritakan awal dirinya mulai menemani 'om-om' karena ajakan teman satu tongkrongannya. "Kalau lagi nongkrong sama teman-teman di kampus maupun di luar kampus kan yaa yang dibahas itu soal om inilah om itulah, terus pejabat ini lah yang minta 'ditemenin' makan, sampai akhirnya aku ditawarin. Terus aku lihat penghasilannya lumayan juga nih buat nambah-nambahin isi lemari sama beli gadget baru. Ya akhirnya mau deh," tutur Camelitanya.

Camelita pun tidak memungkiri, alasan dirinya mau menjadi ayam kampus untuk membeli sejumlah barang. Atau dengan kata lain agar bisa mempunyai segala barang yang brandeddan up to date.

"Ya enggak munafik juga sih ya aku, awalnya juga karena mau beli gadget yang baru-baru. Sementara kan kalau minta sama orang tua nggak enak," ucap Camelita sambil memoleskan bedak ke wajahnya yang mulus.

Namun, perempuan berkulit sawo matang tersebut tidak selalu mencari uang dengan 'menemani' para lelaki hidung belang yang memesannya. Di samping kuliah dan menjadi ayam kampus, Camelita berprofesi sebagai salah satu model majalah Ibu Kota.

"Aku itu sebetulnya nggak sering-sering banget 'nemenin'. Kan aku juga ikut modeling di salah satu agency. Aku juga enggak sampe jadi gadun pejabat-pejabat kok," ucap Camelita lagi.

Untuk diketahui, 'gadun' merupakan istilah para ayam kampus yang berarti menjadi simpanan seorang pria hidung belang yang sudah beristri. Sementara itu, terkait untuk 'memasarkan' dirinya, Camelita mengaku hal tersebut dilakukan dari mulut ke mulut.

"Dari mulut ke mulut, biasanya om-om itu tahunya. Ya itu balik lagi ke pergaulan. Kan nanti dari salah satu teman kita yang punya link ke om-om yang mau mesan itu kasih tahu ke kitanya, habis itu kalau kita udah setuju, semua udah deal dari tempat sampai bayarannya ya baru deh buat janji ketemuan," papar Camelita.

Camelita pun tidak sembarang dalam memilih siapa pria hidung belang yang akan ia temani. Wanita kelahiran 1992 ini mengaku termasuk tipe yang selektif dalam memilih pria yang akan ia temani.

"Haduh, emang butuh duit tapi nggak sembarangan juga kali ah nerimanya. Aku tuh selektif. Nggak juga laki yang berperawakan bapak-bapak gitu aku temenin. Aku tuh lebih milih ke eksmud-eksmud (eksekutif muda), yaa yang usianya nggak lebih dari 45-an deh. Tapi kalau lebih dari itu juga nggak apa-apa asal good looking aja gitu tuh," cerita Camelita sambil sibuk memainkan BlackBerry ber-casing merah miliknya.



Berlabel mahasiswi, biar bisa pasang tarif tinggi

Merdeka.com - Status mahasiswi rupanya bisa dimanfaatkan untuk meraup keuntungan. Biasanya, para wanita yang 'jualan' membawa embel-embel itu untuk menaikkan posisi tawarnya. Label mahasiswi memang cukup digandrungi para pria hidung belang.

"Bisa jadi mahasiswi drop out, tapi mengaku-ngaku biar pengaruh ke tarif," kata Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar kepada merdeka.com, Jumat (8/2).

Musni mengaku miris melihat fenomena mahasiswi yang nyambi jadi ayam kampus. Seharusnya, kata Musni, sebagai intelektual muda mahasiswi fokus pada studi, bukan justru melakukan perbuatan menyimpang.

"Seperti itu tidak terpuji, orang ingin mendapatkan sesuatu secara mudah," katanya.

Salah seorang ayam kampus, sebut saja Camelita (21) menolak anggapan jika mahasiswi yang menyediakan jasa plus-plus diuntungkan oleh status. Menurutnya, paling utama adalah penampilan.

"Kalau cantik, penampilan menarik, sudah pasti dicari," kata mahasiswi semester 5 Fakultas Komunikasi itu.

Camelita yang sudah tiga tahun menjadi ayam kampus mengaku tak kesulitan untuk mencari pelanggan. Meski bertarif cukup tinggi jika dibanding pekerja seks komersil (PSK), para ayam kampus selalu diburu.

"Kita tidak perlu nyari-nyari, nanti juga pelanggan datang sendiri," kata Camelita dengan senyum genitnya.



Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?

Merdeka.com - Mahasiswi nyambi 'jualan' sebenarnya bukanlah cerita baru di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya. Mereka masuk dalam golongan penjaja cinta kelas wahid karena berpendidikan. Dan sudah tentu lebih memiliki nilai jual ketimbang wanita yang menjajakan diri di pinggir jalan.

Sebutan sebagai ayam kampus pun sudah sangat familiar. Pola kerja para 'ayam' biasanya, pagi hingga siang atau sore kuliah, malamnya kelayapan. Entah dengan siapa, yang penting kantong bertambah.

Pandangan miring akhirnya tak bisa dihindarkan, dan sudah barang tentu ini berdampak juga ke mahasiswi yang sejatinya benar-benar ingin kuliah. Tak jarang stigma tempat ayam kampus berkumpul diberikan ke universitas tertentu.

Secara kasat mata memang sangat sulit dibedakan mana mahasiswi plus-plus. Biasanya mereka menutup rapat-rapat identitasnya sebenarnya. Dan hanya dengan mahasiswi yang satu profesi para wanita itu mau terbuka.

"Tahu sama tahu saja, dari gayanya, cara bicaranya, sama-sama bisa nilai lah," ujar salah seorang ayam kampus, Camelita (21) bukan nama sebenarnya sambil tersenyum.

Cerita soal ayam kampus kembali menjadi topik hangat, karena kasus suap impor daging sapi. Kenapa? Sebab, ada seorang mahasiswi bernama Maharany Suciyono ikut dicokok KPK saat operasi tangkap tangan di Hotel Le Meridien.

Lembaga antikorupsi menangkap Ahmad Fathanah yang diduga menerima uang suap Rp 1 miliar. Dan lebih menghebohkan ternyata Maharany dibayar cukup mahal Rp 10 juta untuk menemani ngobrol. Muncul anggapan jika mahasiswi Moestopo itu ayam kampus, namun Maharany tegas membantah.

"Namanya manusia, saya tidak munafik, saya terima uang itu. "Ini uang buat apa? Dan dia (Ahmad Fathonah) bilang kalau uang itu untuk perkenalan," ujar Rany sapaan Maharany.

Saat ini memang sulit dilacak penyebaran ayam kampus ada di universitas mana saja. Meski tak terorganisir, tetapi pola kerja para ayam kampus terbilang cukup rapi. "Ya dari mulut ke mulut saja, jadi tak terlalu repot," kata Camelita.

semoga bermanfaat

1 komentar:

sifalya mengatakan...

http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/mahasiswa-china-di-australia-diimbau.html
http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/pangeran-arab-saudi-beli-rumah-termahal.html
http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/5-penyakit-dengan-biaya-pengobatan.html

Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523