Jumat, 03 Januari 2014

Sukses di Usia Muda atauapun Tua itu Pilihan Anda


Sudah lulus dan berhasil mengenakan toga kebanggaan di depan orang tua? Selamat kita ucapkan. Ingat bahwa kelulusan setelah universitas bukanlah akhir melainkan tahap awal dari kehidupan dewasa anda. Anda dituntut untuk menjadi seseorang yang mandiri dan mampu mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa perlu meminta lagi dari orang tua.

Berdasarkan pengalaman, kebanyakan dari kita bingung apa yang harus dilakukan setelah lulus universitas. Setuju atau tidak, empat tahun (atau lebih) berada di lingkungan kampus tidak selalu membuat kita tahu apa yang ingin kita lakukan. Lebih buruk lagi jika anda tidak banyak berkecimpung dalam kegiatan organisasi ataupun ekstrakurikuler. Semakin sedikitlah hal yang anda ketahui. Biasanya pilihan ada dua. Satu adalah menciptakan pekerjaan sendiri, sementara kedua adalah cari pekerjaan untuk menyambung hidup.

Jika anda sudah tahu yang anda mau dan memilih pilihan pertama (bahkan sudah merintisnya sebelum lulus), kita ucapkan selamat. Anda mungkin sudah mengukir jalan sendiri menuju kesuksesan. Lalu, bagaimana jika anda belum punya persiapan sebagus itu? Mencari lowongan kerja adalah langkah berikutnya yang perlu anda lakukan, bukan?

Satu hal yang pasti, saat mencari pekerjaan baru kebanyakan fresh graduate dihadapkan pada dilema baru. Tidak selalu lowongan pekerjaan yang ada bisa sesuai dengan kriteria mereka. Lebih lanjut, bisa jadi malah bidang yang saat ini anda tekuni hingga sarjana malah tidak lagi memberikan kenyamanan dan minat untuk menyelaminya. Ya, jaman sekarang kita tidak lagi bisa memaksakan diri untuk tetap bertahan dengan kemampuan saat ini sedangkan tuntutan kebutuhan hidup semakin tinggi. Segala cara yang halal dan legal perlu kita tempuh supaya mampu bertahan hidup.

Lalu bagaimana tindakan selanjutnya? Tenang...Sebelum anda membabi buta melihat-lihat lowongan pekerjaan di koran dan media beriklan lainnya ada baiknya anda tenangkan pikiran sejenak, tarik napas panjang dan lakukan penilaian pada diri anda sendiri. Pekerjaan atau profesi seperti apa yang sebenarnya anda inginkan?


Sejumlah daftar pertanyaan berikut mungkin bisa membantu anda melakukan penilaian ini:

Apakah anda berminat untuk bekerja dengan kekhususan yang anda ambil saat kuliah? Misalnya jika anda kuliah di bidang akuntansi, apakah anda memang berminat berkutat dengan segala bentuk angka, laporan keuangan, dan sistem akuntansi yang sesuai dengan pedoman PSAK yang berlaku sebagai seorang akuntan?

Jika jawaban pertanyaan no.1 adalah iya, maka anda tidak perlu repot untuk berusaha mengeksplorasi hal lain lebih lanjut. Seperti contoh di atas, anda yang cocok dengan karir di bidang akuntansi dapat melanjutkan pencarian lowongan kerja di bank, perusahaan investasi, koperasi dan lain sebagainya.

Bagaimana jika jawaban pertanyaan no.1 adalah tidak? Jika kondisinya seperti ini, anda perlu berpikir lagi hal apa yang anda senangi di luar kekhususan kuliah anda selama ini? Anda yang ternyata senang dengan hal-hal berbau pemasaran produk misalnya, mungkin perlu memikirkan untuk banting setir ke arah ini. Hobi ataupun kegemaran informal anda pun bisa jadi referensi pencarian bidang minat yang paling diinginkan.

Jika anda masih belum yakin dengan hal yang sebenarnya anda minati, anda bisa menghubungi lembaga konseling ataupun pengembangan karir yang ada di kampus. Lembaga seperti ini dapat membantu anda menjelaskan tentang info lowongan kerja dan berbagai jenis pekerjaan yang ada di banyak perusahaan. Tersedia pula tes penempatan (placement test) yang memberikan referensi sebenarnya tentang kecocokan minat anda. Bisa jadi hasil tes penempatan ini bukanlah suatu yang anda duga sebelumnya, tapi siapa tahu sebenarnya itu adalah bakat terpendam yang anda miliki.

Satu yang pasti dan ingin kita tekankan adalah mencari pekerjaan di mana pun anda harus benar-benar memiliki gairah (passion). Dengan adanya gairah dan minat yang besar, saat anda benar-benar terjun ke dalam pekerjaan yang diinginkan, pekerjaan tersebut tidaklah akan terasa sebagai beban untuk syarat mendapatkan gaji. Tidak ada namanya rasa malas di hari Minggu atau saat hari Senin menjelang.

Segala pekerjaan usahakan dikerjakan dengan senang hati dan niscaya anda akan menikmatinya. Jika ini ternyata berhasil anda lakukan, kesuksesan tinggal menunggu waktu.

Selamat atas kelulusan anda dan selamat berjuang mencari pekerjaan yang benar-benar anda impikan!


JUMLAH pengangguran kaum terdidik semakin memprihatinkan. Padahal, kaum intelektual “haram” dan “dilarang” menjadi pengangguran. Jika insan terdidik tidak bekerja, bagaimana nasib masyarakat yang pendidikannya rendah? Ini sangat ironis dan harus segera dicari solusinya.

Pengangguran terdidik adalah mereka yang mempunyai kualifikasi lulusan perguruan tinggi, baik sekolah tinggi, akademi, institut, sampai universitas tetapi belum memiliki pekerjaan layak. Secara keilmuan, mereka mapan, tetapi jika belum bekerja, maka sama saja hal itu “omong kosong”.

Mengapa? Karena diakui atau tidak, puncak dari mencari ilmu di Indonesia adalah untuk mendapatkan pekerjaan layak dan mapan. Orang kuliah S1, S2, dan S3 tidak lain adalah untuk mencari kemakmuran hidup.

Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah pengangguran sarjana hingga Februari 2013 mencapai 360 ribu orang atau 5,04 persen dari total pengangguran yang 7,17 juta orang (Koran Jakarta, 14/11/2013).

Data ini belum mencakup jumlah sarjana di pedesaan yang tidak terdata oleh pemerintah. Pasalnya, saat ini banyak sarjana memilih pulang kampung karena di kota tidak mendapatkan pekerjaan layak.

Akhirnya, mereka memperburuk citra almameternya, karena itu lahirlah anggapan bahwa “kuliah itu tidak penting, karena ujung-ujungnya jadi pengangguran”. Paradigma ini sangat logis, karena terbukti banyak pengangguran terdidik yang dicetak kampus-kampus ternama seperti Universitas Indonesia (UI), Univeristas Gajah Mada (UGM), dan sebagainya.

Lulus, Bekerja Untuk Uang
Ada tiga cara untuk memperoleh uang banyak dalam waktu singkat.
  • Pertama, menang undian berhadiah.
  • Kedua, dapat warisan
  • Ketiga menikahi orang kaya.
"Meskipun ketiga cara itu singkat tapi kalau kita perhatikan ada satu faktor utama yang membuat ketiga hal agak sulit direalisasikan. Faktor ini adalah KONTROL."

Anda tidak punya kontrol kapan Anda dapat warisan atau menang undian.
Nikah dengan orang kaya pun saingannya pasti berat dan butuh keberuntungan besar.

Harusnya ada cara efektif dan Anda punya kontrol disitu.

Anda perlu memulai BISNIS.
Cara ini lebih efektif bahkan dibandingkan dengan menyimpan uang di bank dan menyerahkan uang Anda untuk dimain-mainkan oleh fund manager.

Ada dua mentalitas dalam dunia kerja.
- Anda bekerja untuk orang lain atau Anda mempekerjakan orang lain.
- Anda bekerja untuk bisnis orang lain atau Anda memiliki bisnis sendiri.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa bekerja untuk orang lain itu adalah buruk.
Saya sendiri pun masih bekerja di perusahaan orang lain :)

Jadi, kenapa berbisnis sejak masih muda?
Karena Anda bisa MENGONTROL, MAU SEBERAPA KAYA ANDA DI HARI MENDATANG?

KONTROL itu adalah Usaha Anda, Doa Anda dan Restu dari orangtua, suami/istri dan anak-anak Anda.

Jadiii, pengen jadi pebisnis?


Banyak orang yang berusaha mendefinisikan bahkan membakukan konsep kewirausahaan, namun sebuah keniscayaan bahwa kewirausahaan merupakan proses kemandirian seseorang di dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya dengan berbasis pada proses bisnis/usaha yang diciptakannya. Kenapa harus berbasis pada proses bisnis atau usaha yang diciptakannya? Karena bisa jadi, seseorang memiliki kemandirian di dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari namun dengan cara bekerja pada orang lain. Menjadi wirausaha adalah merupakan pilihan hidup sebagaimana profesi lainnya. Bahkan, zaman sekarang wirausaha sudah menjadi tren, tidak seperti zaman dulu yang memandang wirausaha sebagai kelas kesekian dalam status sosial.

Membangun bisnis memerlukan dua proses utama, yaitu proses membangun mental berwirausaha dan proses manajerial bisnis (dimulai dari proses identifikasi gagasan bisnis, menyusun proposal bisnis, menyusun visi, misi, strategi bisnis hingga proses mengelola bisnis). Proses yang paling penting (critical) adalah proses membangun mental. 

Dibutuhkan waktu dan pengalaman praktek bisnis yang lama untuk bisa memiliki mental baja dan naluri di dalam berbisnis. Itulah sebabnya mental bisnis ini perlu dibangun sejak muda. Orang muda masih banyak energi dan kreativitas untuk mengembangkan bakat dan bereksperimen di dalam bisnis karena, sangat mungkin, untuk bisa mencapai keberhasilan dalam bisnis harus melalui serangkaian kegagalan dan waktu yang lama.

Banyak dari kita memiliki gagasan bisnis, namun seringkali hanya terhenti samapi di situ. Akibatnya, kita merasa bosan untuk memulai bisnis. Seakan-akan ada tembok besar yang menghalangi untuk menjalankan bisnis. Barangkali masih ada pemahaman yang keliru di dalam diri kita. Dalam web pribadinya --fadelmuhammad.org, Fadel Muhammad menjelaskan tentang mitos yang biasanya menghinggapi pebisnis pemula:

Mitos 1: Entrepreneur adalah pelaku, bukan pemikir. Mitos ini mengakibatkan orang yang bertipe pemikir menjadi kurang percaya diri untuk membangun bisnis. Sebenarnya tidak perlu diperdebatkan karena seseorang yang bertipe pemikir atau pelaku memiliki kesempatan untuk menjadi entrepreneur. Bahkan kedua tipe ini perlu untuk berbagi peran jika kedua tipe ini bersepakat menjalin kerja sama bisnis.

Mitos 2: Entrepreneur itu dilahirkan, bukan diciptakan. Mitos ini didasarkan pada pendapat bahwa pengusaha itu sudah bakat sejak lahir, sehingga sulit dan tidak bisa dipelajari. Jadi, yang tidak punya bakat, jangan harap jadi pengusaha. Bakat tersebut antara lain naluri bisnis, keberanian mengambil risiko, kemampuan menganalisa lingkungan bisnis, dan kemampuan menjalin hubungan/interpersonal. Mitos semacam inilah yang membuat sebagian kita jika sedang gagal dalam merintis bisnis kemudian menjadikan mitos ini sebagai alasan kegagalan. Padahal saat ini, mitos itu sudah gugur karena ternyata sudah berkembang ilmu entrepreneurship/kewirausahaan yang bisa dipelajari dan jika dipraktekkan akan mengarahkan kita menjadi seorang pengusaha.

Mitos 3: Entrepreneur selalu merupakan penemu. Mitos ini mengakibatkan pemahaman yang keliru. Orang selalu berpikir untuk berbisnis harus dengan ide yang original alias tidak meniru. Padahal ada 3 prinsip dalam menciptakan bisnis, mencermati bisnis yang sudah ada, mempraktekkannya, lalu berinovasi.

Mitos 4: Entrepreneur adalah orang yang canggung, baik di dunia akademis atau di masyarakat. Mitos ini terbentuk karena memang ada beberapa pengusaha yang terpaksa harus drop out dari kuliah atau bisa jadi malah dipecat dari perusahaan. Lalu masyarakat memberi image yang kurang bagus. Padahal mereka mungkin saja punya karakter yang kuat dan luar biasa dan bermimpi untuk kebaikan masyarakat.

Mitos 5: Untuk menjadi entrepreneur harus memiliki uang/modal. Memang dalam mengoperasikan bisnis mau tidak mau akan membutuhkan uang atau modal. Namun, kegagalan bisnis tidaklah selalu ditentukan oleh uang, bahkan persoalan keuangan muncul merupakan muara dari banyak kesalahan semisal ketidakjujuran dan ketidakprofesionalan di dalam bisnis, perencanaan investasi yang jelek. Di dalam bisnis, modal yang utama adalah trust (kepercayaan). Dengan kepercayaan, insyaallah modal uang bisa diperoleh. Kalau kita memang benar tidak punya uang, namun dengan memiliki modal kepercayaan, kita dengan mudah bisa mengajukan proposal bisnis kepada investor (penyandang dana). Karena itulah, membangun kepercayaan mesti sejak muda.

Mitos 6: Anda perlu nasib baik untuk menjadi entrepreneur. Nasib baik sebenaranya adalah fungsi dari bertemuanya antara kemampuan, perencanaa dan keterampilan bisnis yang kita miliki dengan kesempatan yang datang. Jadi, apa yang nampak sebagai hoki atau keberuntungan bisnis sesungguhnya adalah hasil manis dari persiapan yang dilakukan oleh seorangentrepreneur.

Mitos 7: Entrepreneur adalah risk taker (pengambil resiko) yang ekstrem. Mitos ini seakan-akan memberikan penilaian, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang nekat di dalam berbisnis. Sebenarnya di sini ada unsur nekat. Hanya saja seorangentrepreneur mempunyai analisa, sehingga resiko yang diambil merupakan resiko yang sudah terukur dengan matang.

Mitos-mitos itulah yang akhirnya menjadi “mental blocks”. Harus kita dobrak supaya keberanian di dalam berbisnis muncul. Jika tidak didobrak, semakin tambah usia kita, semakin kuat mitos-mitos tadi mempengaruhi pikiran bawah sadar kita dan akibatnya akan menutup seluruh potensi, bakat dan kemampuan yang kita miliki. Selagi masih muda, mari mitos itu kita hilangkan melalui serangkaian proses learning by doing (belajar sambil mengerjakan).

Salah satu proses sederhana yang bisa kita lakukan antara lain, coba mencari seorang pengusaha yang relatif sukses dan jadikan dia sebagai teman diskusi dalam bisnis. Pilih dan cari bisnis yang kira-kira sesuai dengan minat, bakat dan sesuai kebutuhan masyarakat terdekat. Usahakan yang sifatnya jasa supaya kebutuhan modalnya sedikit. Sekarang informasi sudah bukan barang mahal jadi nampaknya tak sulit mencari ide. Praktekkan kira-kira selama 6-12 bulan (atau kira-kira sesuai dengan proses bisnisnya). Dalam proses ini perlu menjaga 3 hal, yaitu berdoa dan bertakwa, kerja keras plus cerdas dan tetaplah fokus pada mimpi bisnis yang sudah dipilih.

Berbisnis sebenarnya tidak mempermasalahkan muda atau tua. Hanya proses yang panjang dalam membangun bisnis, menjadikan yang muda lebih berkesempatan. Menghilangkan mitos (mental blocks) dalam berbisnis lebih prioritas daripada proses managerial bisnis. Dalam proses managerial bisnis, bisa jadi kita tidak mengoperasikan bisnis tapi kita tetap memiliki bisnis. Tapi pada saat pertama kali bisnis, kita memang harus pernah menjalankan bisnis sendiri. Caranya dengan berpraktek. Lakukan segala sesuatu dengan make it simple (jangan berpikir rumit tapi berpikirlah sederhana). 



Tips Mengisi Waktu Selama Menganggur
Selama belum mendapatkan pekerjaan tetap, para fresh graduate akan mengalami masa-masa tanpa kegiatan berarti alias menganggur. Jika bekerja adalah orientasi setelah lulus kuliah tentunya kesibukannya adalah menghadiri wawancara dan tes-tes seleksi kerja, itu pun tidak rutin waktunya. Hari-hari akan dilewati dengan mencari dan melamar lowongan kerja yang ada di media apa saja, semisal surat kabar dan job portal. Memang terasanya nyaman selama satu atau dua minggu, namun percayalah setelah menginjak bulan-bulan selanjutnya dan pekerjaan belum juga didapat, kebosanan dan keputusasan mulai datang menghampiri.

Seringkali Anda kehilangan akal mencari ide apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu. Padahal dalam wawancara kerja seringkali employer menanyakan kegiatan Anda sejak lulus hingga kini. Jika Anda gagal menyampaikan bahwa Anda tidak melakukan apapun selain mencari kerja, percayalah bahwa sang employer akan menangkap kesan bahwa Anda tidak produktif dan tidak bisa mengelola waktu. Kalau sudah begitu, menjadi 'pengacara' (pengangguran banyak acara) terlihat sebagai opsi yang lebih baik, asalkan kegiatannya positif dan bermanfaat bagi kemajuan diri.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengisi waktu menganggur Anda agar jadi lebih efektif dan produktif :

Volunteering. Dengan melakukan kerja sukarela di organisasi sosial atau bergabung dalam LSM misalnya, Anda akan diterjunkan langsung ke dalam sebuah struktur organisasi yang jelas. Anda akan memiliki posisi yang jelas, lengkap dengan tanggung jawab, mendapatkan pengalaman bekerja, sekaligus kesempatan memperluas jejaring.

Bergabung dalam organisasi profesi. Pastikan keanggotaan Anda tidak pasif. Cobalah untuk terlibat lebih jauh dalam organisasi seperti menjadi anggota kepanitiaan untuk sebuah event. Bertemu dengan orang-orang yang seprofesi bisa menambah wawasan, memperluas jejaring bahkan mendapatkan akses lebih ke informasi lowongan kerja.

Back to school atau ikuti kursus. Setelah lulus, ilmu/keterampilan jadi jarang terpakai. Kelamaan menganggur bisa membuat Anda mulai outdated dengan perkembangan trend dibidang Anda. Refreshotak dan update keterampilan dengan mengikuti kursus atau kuliah S2. Memang memerlukan biaya, namun anggap saja sebagai investasi demi mendapat karir yang baik.
Ikut program magang. Anda memang tidak mendapat penghasilan, namun pengalaman, ilmu dan keterampilan yang diperoleh akan jadi nilai lebih dan nilai jual Anda dalam menghadapi persaingan dunia kerja nanti. Apalagi jika Anda cukup berprestasi, siapa tahu ada kemungkinan diangkat jadi pegawai. Dengan magang Anda juga bisa merasakan suasana dan iklim kerja sehingga dimasa depan proses adaptasi Anda saat baru bekerja berlangsung lancar dan lebih cepat.

Menjadi pengajar. Membagi ilmu adalah salah satu cara untuk tetap menjaga agar pengetahuan yang Anda miliki tidak hilang seiring waktu lamanya Anda menganggur. Yang lebih menguntungkan adalahemployer akan melihat Anda sebagai orang yang ahli dalam bidang yang Anda ajar dan mampu membaginya kepada orang lain. Sebuah kesan bagus untuk poin leadership, team work dan initiative.

Mencoba peluang bisnis. Gali jiwa entreprenlah dengan membangun bisnis kecil-kecilan. Selain jadi produktif karena menghasilkan uang, Anda sedang menciptakan alternatif karir kalau-kalau Anda ternyata tidak cocok bekerja kantoran.

Bangun jejaring sosial. Banyak cara melakukan ini. Mulailah dengan menjaga hubungan baik dengan teman dan mantan dosen sewaktu kuliah. Dengan kemudahan yang ditawarkan internet, bergabunglah dengan berbagai situs pertemanan. Manfaatkan pesta atau acara sosial yang Anda hadiri sebagai ajang membangun jejaring. Mengumpulkan atau saling bertukar kartu nama sangat baik untuk memperpanjang daftar kontak Anda.

Jadi freelancer. Saat ini pekerja lepas menjadi pilihan karir yang lumayan menjanjikan. Selama belum dikontrak oleh perusahaan manapun, Anda masih bisa bekerja secara mandiri dengan bebas. Selain menambah jam terbang, Anda juga mendapatkan penghasilan yang terkadang cukup besar untuk seorang fresh graduate.

Waktu Anda sangat berharga untuk disia-siakan. Daripada mengisinya dengan hanya menunggu dan menunggu atau bersenang-senang tanpa tujuan, lebih baik melakukan kegiatan yang lebih berguna dan menghasilkan. So, be productive with your time, friends!



Bagaimana Mahasiswa Dapat Memulai Bisnis Sejak Dini

Apakah Anda sedang berpikir untuk membuka usaha ?
Jika Anda sudah melakukannya, atau memilki perencanaan untuk itu, 3 tahun yang Anda miliki di dunia perkuliahan Anda merupakan hari-hari terbaik untuk mewujudkannya. Kebebasan, stimulasi pengetahuan, waktu bersantai, dan semua kebebasan di masa perkuliahan bisa Anda manfaatkan.

Dan sekali lagi, mereka yang telah menekuni dunia bisnis sejak kuliah mungkin tidak akan merasa berat dalam membiayai perkuliahan mereka, atau tagihan kartu kredit, atau biaya kuliah lainnya, dan sebagainya. Memulai bisnis sendiri sedari kuliah sangat mudah, dan bahkan menyenangkan.

Jika Anda masih dalam duniah kuliah, atau Anda baru saja lulus kuliah, sekarang adalah saat yang paling tepat dan paling memungkinkan untuk memulai suatu Bisnis. Pikirkanlah, Anda tidak akan rugi. Ini tidak seperti saat Anda mempertaruhkan seluruh modal, waktu dan tenaga untuk pekerjaan Anda, dan ini tidak seperti saat Anda harus menghidupi sebuah keluarga.

Kesempatan memulai bisnis sejak kuliah tidak akan mudah didapatkan. Ini adalah kesempatan dimana Anda bebas dan bisa membuat kesalahan.
Sebuah Bisnis tidak harus selalu mahal, dan tidak selalu harus menghabiskan seluruh waktu Anda. Di saat teman-teman Anda menghabiskan waktu mereka untuk berhura-hura, Anda bisa mengarahkan passion yang paling Anda kuasai, untuk mencari peluang dalam berbisnis.

Ini tidak semata-mata hanya untuk uang, memulai sebuah Bisnis akan sangat bagus untuk CV anda ke depannya. Bayangkanlah betapa sebuah perusahaan akan sangat terkesan saat Anda memberitahukan kepada mereka kalau Anda sedang atau pernah membuka sebuah Bisnis. Di saat orang-orang yang baru lulus sulit untuk mencari pekerjaan, memiliki perusahaan akan menambah pengalaman dan pengetahuan Anda yang akan menjadi nilai plus dibandingkan pesaing lainnya.

Jadi, apa yang Anda tunggu? Mulailah!
Sebagai seorang murid, memilih jenis bisnis adalah hal yang sangat penting dan harus Anda pertimbangkan sebaik-baiknya. Anda harus mampu untuk menyesuaikan Bisnis Anda dengan passion Anda, serta kemampuan Anda.

Cobalah hal-hal berikut ini:

1. Freelancing

Mulailah untuk mencari perusahaan-perusahaan yang hebat, dan jadilah freelancer mereka. Anda bisa mempelajari sistem pekerjaan mereka, dan mencari pengalaman sebanyak mungkin.

2. Berbisnis lewat eBay
eBay merupakan pasar online yang sangat berpengaruh. Anda bisa meningkatkan Bisnis Anda melalui eBay, karena tidak ada batas uang yang bisa Anda peroleh. Anda tidak membutuhkan gudang penyimpanan, Anda tidak perlu mengurus shipping, dan bahkan Anda tidak perlu memiliki sebuah took atau lokasi bisnis.

3. Pekerjaan yang Tidak Lazim
Sebagai seorang mahasiswa, Anda memiliki kelebihan tersendiri. Anda bisa memanfaatkan waktu luang Anda untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak lazim dan jarang dilakukan orang lain apa lagi di akhir pekan. Anda bisa menjadi tukang bersih-bersih, bahkan pembawa anjing.

4. Mengajar
Fakta dimana Anda seorang mahasiswa berarti bahwa Anda hebat dalam suatu subjek. Gunakanlah kehebatan Anda untuk mengajari adik kelas Anda. Uang yang bisa Anda hasilkan pun tidak sedikit.

5. Bisnis online
Website merupakan alat paling jitu untuk memulai bisnis. Lihatlah eBay. Anda hanya membutuhkan modal yang sangat kecil, Anda tidak membutuhkan tempat dan bahkan toko, jika Anda tidak memiliki keahlian dalam membuat website, Anda bisa meminta orang lain untuk mengerjakannya. Jika Anda bisa sukses memanfaatkan website untuk menjalankan bisnis Anda, Anda bisa kaya mendadak.

Bisnis jenis apa yang harus Anda mulai ?

1. Mulailah dengan Ide Anda
Membuat ide bisnis sangat simple, jika Anda tahu apa yang harus Anda lakukan. Pikirkanlah apa yang paling bisa Anda lakukan. Jika Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, ide dengan sendirinya akan datang kepada Anda.

2. Memiliki mitra kerja, atau tidak?
Walaupun sudah dikatakan sejak awal kalau memulai Bisnis itu mudah, namun memulai Bisnis bisa juga menakutkan. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar memikirkan apa Anda membutuhkan mitra kerja atau tidak. Tidak hanya Anda bisa membagi rasa takut itu dengan partner Anda, Anda juga bisa memiliki lebih banyak ide dari banyak kepala.

3. Buatlah sebuah rencana Bisnis
Rencana Bisnis adalah hal paling penting yang harus Anda perhatikan. Saat Anda membuat rencana Bisnis, Anda akan benar-benar mengidentifikasi apa yang paling penting untuk Anda, bagaimana strategi-strategi yang Anda jalani, dan sebagainya. Memang merancang rencana Bisnis itu sulit, membutuhkan waktu dan penelitian yang banyak. Untungnya, saat Anda adalah seorang mahasiswa, Anda memiliki banyak waktu dan sumber untuk melakukannya.

4. Mencari Permodalan
Jika Anda beruntung, Anda akan mampu untuk membiayai bisnis Anda dari modal kuliah Anda yang Anda sisihkan. Jika Anda kurang beruntung, Anda bisa melakukan peminjaman sebagai modal. Anda juga dapat memanfaatkan keluarga, teman dan orang-orang disekitar Anda untuk mendapatkan biaya tambahan untuk modal.

5. Bangun Brand Anda
Saat Anda memulai sebuah Bisnis, akan sangat penting untuk membangung Bisnis Anda. Cara yang paling mudah, sekali lagi adalah menggunakan internet. Buatlah website yang menarik, dan bangunlah brand produk Anda dari social media seperti Twitter, Facebook, dan Linkedln. Akan sangat mudah, dan Anda mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia.



Siapkan Mental Kerja Sejak Muda, Itu Perlu!

Semua orang pasti menginginkan pekerjaan yang terbaik bagi penghidupannya, minimal untuk jangka waktu pendek. Setelah bertahan dan memiliki pengalaman yang cukup maka ia berhak untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi, ini adalah hal yang dapat diterima secara wajar karena kebutuhan seseorang seiring dengan bertambahnya usia maka kemungkinan besar ia membutuhkan penghasilan yang memadai.

Pertanyaan sederhana yang sering saya dengar, “kalau lulus sekolah kamu mau apa?”. Maklum sebagai siswa kelas 3, saya sudah harus menentukan pilihan saya. Jawabannya, tentu saja melanjutkan kuliah, dan bila dimungkinkan dapat mendapatkan kerja selingan untuk meringankan beban orang tua dalam membiayai pendidikan saya. Pemikiran ini sangat idealis bukan?

Wajar saja bila di usia saya akan memikirkan hal-hal tersebut, tanpa memikirkan kendala apa yang akan saya hadapi nantinya, Kuliah dan bekerja. Hmmm kata orang tidak mudah, tapi mungkin saya akan mencobanya kelak, jika dapat berjalan baik dan tidak saling mengganggu, sah-sah saja bila saya akan bertahan dengan pemikiran “Kuliah sambil bekerja”.

Nah, kalau kemudian saya ditanya lagi, setelah kuliah, apa mau melanjutkan kuliah lagi ke jenjang lebih tinggi? Pikiran sederhananya, mau-mau saja, asal.. jangan sampai membebani orang tua lagi. Maka dari itu, pemikiran “kuliah sambil kerja” semoga saja penghasilannya dapat membantu saya untuk meneruskan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi.

“Apakah kamu yakin, harus kuliah terus, apa gak bosan tuh?” Hmmm .. saat ini saya berpikir sederhana, kalau terjadi saya akan berusaha mengatasi kebosanan tersebut. Tapi, ini semua hanya keinginan, yang pada intinya saya memiliki prinsip untuk mengurangi beban orang tua saya dalam membiayai pendidikan saya. Idealis lagi bukan? Tapi wajar saja bukan?

Sampai di sini, maka gambarannya sudah jelas, setelah tamat dan kemudian kuliah. Dan jika pertanyaan ini berlanjut, pilihan kerja seperti apa yang nantinya saya pilih? Wah… bagi saya yang penting sesuai dengan pendidikan dan kemampuan saya pastinya. Semua orang pasti memiliki pemikiran serupa bukan?

Beranjak dari anggapan terakhir ini, maka untuk memperoleh suatu pekerjaan saya terjemahkan harus sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman. Pendidikan pasti berhubungan dengan nilai-nilai akademis, apakah dengan lulus cum laude seseorang yang baru lulus harus langsung mendapat pekerjaan harusnya sangat layak seperti menduduki jabatan puncak dalam perusahaan? Boleh-boleh saja kalau itu hal tersebut menjadi tolak ukurnya. Namun bagaimana dengan Cum Laude tapi “nol” pengalaman, artinya sejak kecil waktunya selalu disisi dengan sekolah dan sekolah terus, tentu perusahaan yang menerimanya akan berpikir lain. So.. kesimpulannya, pengalaman juga turut berperan walau secara akademis seseorang dinilai super bukan?

Berarti pada tahapan ini, bila kelak saya mengalaminya, saya akan berpikir benar bahwa tidak salah dengan pemikiran saya di awal yaitu bekerja dan kuliah. Lagian tujuan yang disebutkan sudah jelas, membantu orang tua. Walau mereka sendiri tidak akan keberatan. Selain itu, tentunya dengan bekerjaa saat kuliah, saya dapat mengumpulkan pengalaman saya bukan?

Kemudian bila semua keinginan saya tersebut terpenuhi, maka ukuran selanjutnya seberapa banyak uang yang dapat saya kumpulkan dan untuk apa? Saya pikir wajar kok, kalau saya berangggapan bahwa saya ingin mengumpulkan banyak uang dari kerja keringat saya yang halal. Kalau di tanya untuk apa, pasti untuk kebutuhan standar pribadi saya dulu yang tidak berlebihan, baru lah kemudian menyisahkan kelebihannya untuk keluarga atau orang-orang yang saya cinta serta tentunya masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Idealis lagi bukan? Tapi wajar kan kalau saya berpikir begitu? So doakan saya.

***

Sekarang saya kembali ke pembahasan awal, mengenai bekerja di usia muda atau di saat kita memang sedang mengikuti pendidikan yang diwajibkan dan untuk mengumpukan berbagai pengalaman yang mungkin kita dapat dalam dunia pekerjaan atau kegiatan lain di luar rutinitas sekolah.

Bekerja mendapat upah itu wajar, Ujung-ujungnya cari duit untuk hidup dan sukses tentunya. Yup, pada umumnya itulah jawaban yang akan terlontar jika ditanyai tentang rencana masa depan, kalau bukan kuliah ya langsung kerja. Apalagi kalau bukan untuk menjadi sukses? Semua orang tentu mendambakan yang namanya sukses tak terkecuali saya pribadi maupun kamu!

Tapi, apakah harus menunggu lulus sekolah atau kuliah, kita akan terjun secara tiba-tiba ke dalam dunia kerja yang super ketat? Mungkin sebagian orang merasa pelajaran di sekolah sudah cukup sebagai modal untuk sukses nantinya. Tapi, pada kenyataannya berdasarkan catatan BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah pengangguran pada Februari 2013 mencapai 7,17 juta orang. Banyaknya pengangguran menandakan persaingan untuk mencari kerja juga semakin meningkat.

Tak jarang terlihat sebagian orang menghabiskan masa mudanya hanya untuk foya-foya. Namun, dilain sisi tak sedikit juga yang memang sudah terlatih mempersiapkan karir masa depannya secara perlahan. Mempersiapkan mental bekerja untuk meniti karir di masa depan tidak mengharuskan anak muda sekarang untuk bekerja sambil belajar, ini lebih kepada kemandirian anak tersebut dan bagaimana untuk memantapkan diri agar tidak kaget menghadapi keras dan susahnya mencari kerja.

Karir ini boleh dikatakan sebagai cita-cita sehingga dalam menggapai cita-cita tersebut perlu dipersiapkan secara dini. Biasanya yang disoroti adalah prestasi akademik, pada umumnya orang-orang beranggapan prestasi yang gemilang merupakan awal dari kesuksesan sehingga karirnya juga akan cemerlang di masa depan.

Pada dasarnya memang tidak salah, tetapi jenjang karir yang seperti terlihat saat ini tidak ditentukan 100% karena prestasi akademis. Pengalaman dan jiwa sosialisasi juga sangat menunjang dalam meniti karir.

Melatih diri dengan turut aktif dalam pendidikan ekskul serta aktif berorganisasi di sekolah juga sangat diperlukan guna mempersiapkan diri untuk terjun langsung di dalam getirnya dunia yang sesungguhnya di tengah-tengah masyarakat nanti. Namun, bagi sebagian pandangan orang tua bahkan umumnya, mereka memandang ekskul dan hobi lainnya justru akan mengganggu prestasi sekolah anak mereka.

Pada kenyataanya tidak semua begitu. Ekskul di sekolah malah akan memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak akan didapatkan saat berada di dalam kelas. Belajar berorganisasi secara tidak langsung telah mengajarkan pada kita bagaimana berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-teman kita yang memiliki beraneka ragam karakter masing-masing. Pengalaman-pengalaman kerja sama seperti itulah yang akan sangat berguna saat menjejaki dunia kerja nantinya. Sehingga, nantinya kita tidak kaget dan kualahan lagi dalam artian kita sudah tahu bagaimana harus bersikap berkat pengalaman dari berorganisasi tersebut.

Walau jauh dari ekskul yang biasanya, beberapa “ekskul” spesial yang dapat dipelajari dengan mudah dan diperoleh sehari2 dengan gratis adalah bagaimana membantu dan memahami pekerjaan orang tua. Begitu halnya dengan organisasi , dengan begitu kita di latih untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, bukan nantinya kerja one man show.

Pengalaman yang didapat dari ekskul dan cara-cara berorganisasi yang benar ini bila dikombinasikan dengan nilai prestasi akademis yang memadai akan sangat membantu generasi muda saat ini untuk meniti karir mereka semakin cemerlang nantinya. Dapat dikatakan standar dasar/modal yang paling memadai bagi seseorang untuk berjuang meniti katirnya.

Namun, persoalannya apa semua orang tua setuju membiarkan anaknya mengkombinasikan belajar dan ikut ekskul serta belajar berorganisasi? Karena terlihat tidak sedikit orang tua hanya menuntut sang anak untuk sekolah, les dan terpaku di depan buku pelajaran.

Bahkan ada anak yang sekolah dari pagi hingga pulang sore hari, hanya karena disibukkan oleh kegiatan les dan belajar.Tapi, kembali lagi setiap orang tua berhak atas pendidikan anak dan bebas menentukan bagaimana mendidik anak mereka. Namun, alangkah baiknya anak juga di beri kesempatan mempelajari hal lain yang tidak ia dapatkan dipelajaran di sekolah ataupun saat bertatap muka dengan sang guru. Hal-hal berbau organisasi terkadang memang mengundang aura negative dari para orang tua tetapi pada dasarnya memiliki manfaat yang luar biasa.

Pertanyaan lagi, apakah dengan ikut organisasi bahkan pendidikan kepribadian menyita waktu belajar? Nah, inilah yang menjadi momok besar bagi para orang tua. Mereka menganggap kegiatan-kegiatan organisasi akan menghambat sang anak untuk aktif dan belajar bahkan sebagian besar takut anaknya akan sibuk dan lupa dengan tugas utamanya yaitu belajar.

Tapi, kembali lagi pada sang anak. Di era speerti ini, ketika persaingan di dunia kerja semakin ketat mereka juga harus di bekali bagaimana mengatur waktu. Peran orang tua pun sangat dibutuhkan disini. Dukungan serta tak bosan-bosannya mengingatkan sang anak bukan malah mengurung mereka hanya bersama buku pelajaran semata.

Dengan adanya dukungan serta kepercayaan yang diberikan, sang anak juga akan belajar untuk tidak mengecawakan dan berusaha sebaik mungkin. Tapi, tetap harus selalu terkontrol oleh orang tua.

Kebetulan, saya juga aktif dalam beberapa ekskul di sekolah. Saya teringat dengan nasehat Pembina saya, Beliau bilang “Percuma pintar tapi tidak tahu berorganisasi dan bersosialisasi. Tapi, percuma juga aktif dalam organisasi tapi otaknya tak pernah diasah” Nah, saya sangat setuju dengan nasehat Pembina saya itu. Beliau sempat menambahkan pula, kepintaran/ ilmu itu harus dibagi, salah satu cara membaginya dengan beroganisasi, bersosialisasi dan saling bekerja sama. Karena kembali lagi pada hakekat seorang manusia sebagai makhluk sosial. Dalam dunia kerjapun juga begitu nantinya, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.

Percaya atau tidak, keberhasilan juga tidak hanya berasal dari nilai akademis apalagi dilakukan dengan paksaan karena tekanan orang tua untuk belajar, belajar, belajar. Mereka yang berhasil “walau tidak bodoh amat” mampu survive menjalani kehidupan, mencapai karir yang tinggi. Kita tidak lupa bukan, para tokoh dunia, seperti Bill Gates sang pembuat Facebook, sempat gagal dalam sekolah karena ingin mengejar bisnis.

Tapi apakah ini dapat dijadikan contoh? Tentetu saja tidak dapat di jadikan patokan, tidak semua orang dapat mengukur kemampuannya sendiri. Ini hanya sekedar bukti bahwa nilai akademis tidak dapat menjamin 100% kesuksesan seseorang. Tapi, mengabaikan hal-hal berbau akademis juga bisa jadi akan berakibat fatal nantinya. Oleh karena itu, pengalaman serta nilai akademis yang menunjang saat dibutuhkan di zaman sekarang ini.

Seseorang yang pintar sebagaimanapun jika tidak didukung dengan mental baja, akan kesulitan ketika terjun dalam dunia kerja yang sesungguhnya.Yang perlu diingat untuk menghadapi masa depan adalah ditentukan oleh diri kita sendiri, walaupun ada campur tangan orang lain, tidak akan menjamin hal itu.

so… mari pupuk semangat berkarir untuk masa depan Anda!




sumber :

  • muda.kompasiana.com/2013/08/21/siapkan-mental-kerja-sejak-muda-itu-perlu--585316.html
  • http://www.merdeka.com/gaya/pencarian-kerja-bisa-pengaruhi-kesehatan-mental.html
  • http://id.jobsdb.com/ID/en/StaticContent/Campnet/articles/fresh_graduate/waktu_menganggur.htm
  • http://www.jobloker.com/id/artikel-dunia-kerja/38-sudah-lulus
  • http://novitasihombing.blogspot.com/2012/12/mengapa-berbisnis-sejak-muda.html
  • http://pengusahamuslim.com/membangun-mental-wirausahawan-muslim-muda-1836#.UsZaJdKQZqo

Tidak ada komentar: